Selamat datang teman, Kami harap bisa menikmati blog kami. Happy blogging ! .
Cek kembali jika kami sudah selesai dengan ini...
Silahkan Mengisi buku tamu untuk sekedar meninggalkan Jejak.. :)
Peluang bisnis anda

SPACE IKLAN

Space buat promosi halaman atau produk anda, minat hubungi kami..

Selengkapnya...
Title

Ibu Rumah Tangga yang Sukses

Selain Mahasiswa banyak juga loh ibu rumah tangga yang berhasil dengan mengikuti tips bisnis dari mba Dini Santi. Pasti senang bisa bantu ekonomi keluarga. Tetapi perjuangan Mba Dian ini ngga mudah awal-awalnya tp sekarang beliau sudah sukses dan bisa menghabiskan waktu bersama keluarga.

Yuk lihat cerita sukses lainnya
Title

Tentang Akper IV

Angkatan yang mempunyai Seribu Satu Kisah Sedih, Senang, Susah bersama, saat dimana bisa menangis bersama, saat dimana bisa tersenyum bersama. Mempunyai motto kita selalu beda.

Read More
sukses dan sehat

Blog ini Penggemar Berat DBC-Network

Jelas banget dbc-network udah mengubah hidup saya, jadi melek IT, Dulu muncul pertanyaan gini "Waktu habis untuk ngantor? meeting? Capek di jalan? Tidak punya modal?" Bersama Oriflame di d’BC Network, Anda bisa mulai membangun bisnis dengan segala keterbatasan diatas! TAPI jangan dulu percaya kalo belum membaca kisah suksesnya yah

Kisah Sukses Lainnya

Delapan Jam Di Adelaide

Kios bunga di Central Market Adelaide
Cuma punya jatah delapan jam di Adelaide membuat kami berpikir ekstra keras memilih tempat-tempat menarik yang akan kami kunjungi.

Adelaide menjadi ibukota terakhir di negara bagian Australia yang pernah kami singgahi. Sebelumnya kami sudah pernah mengunjungi SEMUA ibukota negara-negara bagian di Australia: Sydney (NSW), Melbourne (VIC), Brisbane (QLD), Canberra (ACT), Hobart (TAS), Darwin (NT), Perth (WA). Akhirnya kesampaian juga menjejakkan kaki di Adelaide, ibukota South Australia. Ralat, resminya hanya kami bertiga, The Emak dan dua precils yang menjejakkan kaki di semua negara bagian karena Si Ayah tidak ikut ke Perth waktu itu. Mumpung punya visa Australia, saya kami ingin mengunjungi setiap negara bagian, meski cuma sebentar.

Kami berangkat dari Sydney menuju Adelaide dengan pesawat (lagi-lagi) Jetstar karena memang waktu itu tarifnya paling murah. Tiket per orang AUD 125, termasuk bagasi masing-masing 20kg. Total kami berempat AUD 500. Kami berangkat pagi-pagi benar, boarding pukul 6.15 pagi, membawa semua koper yang akan kami bawa pulang ke Indonesia. Sebenarnya ini agak ribet karena kami bawa 3 koper besar, 1 car seat, dan masih ditambah 3 ransel. Pulkam ceritanya :) Perjalanan dari Sydney ke Adelaide memakan waktu 2 jam 10 menit. Kami mendarat di Adelaide pukul 7.55 pagi. Waktu di Adelaide setengah jam lebih lambat daripada Sydney, yang berarti 3,5 jam lebih cepat dari WIB.

Kalau ingin terbang langsung menuju Adelaide dari Indonesia, kita bisa naik Virgin Australia. Maskapai ini satu-satunya yang melayani penerbangan langsung dari Denpasar ke Adelaide. Maskapai lain seperti Garuda Indonesia atau Qantas memerlukan transit melalui Perth, Sydney atau Melbourne. Pilihan lainnya adalah transit satu kali di Singapore (SIA) atau KL (MAS).

Kami naik taksi dari bandara menuju kantor Apollo untuk mengambil campervan sewaan kami. Setelah membayar administrasi dan dijelaskan tentang cara kerja campervan, kami cabut mencari sarapan. Si Ayah rupanya tidak mengalami kesulitan nyetir campervan barunya. Yah, seperti nyetir mobil van biasa, hanya saja harus waspada dengan suara gedombrangan kalau ada laci yang belum dikunci atau barang yang belum dimasukkan ke laci 'dapur'.

Little A ngeyel pengen beli fish & chips di IKEA, bangunan besar yang dia lihat begitu keluar dari bandara. Duh, agak repot juga kalau mesti mampir IKEA, bisa-bisa nggak jadi berkenalan dengan Adelaide. Akhirnya Little A bisa gembira lagi setelah disogok hash brown oleh si Ronald. Hash brown Mc D emang juara :p

Adelaide Uni
Ekskul Dayung di sungai Torrens
Dengan berbekal peta dari Apollo, kami menyusuri jalan-jalan Adelaide menuju pusat kota. Mendung masih menggantung di langit, suasana jadi sedikit sendu. Atmosfer kota ini tenang dan kalem, mengingatkan saya pada kota kecil Kiama (dua jam dari sebelah selatan Sydney). Beda dari atmosfer Sydney yang serba  tergesa dan Melbourne yang hiruk pikuk. 

Mungkin itu sebabnya kota ini sering jadi pilihan tempat kuliah bagi pelajar dari Indonesia. Selain kotanya yang lebih tenang, biaya hidup, terutama sewa apartemen/rumah tidak semahal kota lain di Aussie. Ada beberapa universitas yang cukup terkenal dan bergengsi di Adelaide, di antaranya University of Adelaide dan Flinders University.


Kami memarkir Campervan di tepi sungai Torrens, di dekat University of Adelaide. Maksudnya mau numpang pipis di Uni :) Tarif parkir di tepi jalan sekitar $3 per jam tergantung lokasi dan hari. Jangan cari-cari tukang parkir di sini ya? Karena adanya mesin parkir. Kita tinggal memasukkan koin atau bayar dengan kartu kredit sesuai 'lama parkir' yang kita kehendaki. Mesin akan mengeluarkan tiket yang menampilkan jatah parkir kita sampai jam berapa. Tiket parkir ini harus diletakkan di atas dasbor dan bisa dilihat dari luar, kalau nggak mau ditilang. Jangan sekali-sekali nggak bayar parkir sesuai aturan di Australia, kecuali kalau mau menyumbang pemda setempat sekitar $100 :)

Waktu yang sangat terbatas hanya cukup untuk mengunjungi dua tempat saja di Adelaide. Setelah baca-baca info, saya putuskan untuk mengunjungi Art Gallery of South Australia dan Central Market. Yang terakhir sekalian belanja bahan mentah untuk dibawa road trip.

Galeri Seni negara bagian Australia Selatan ini terletak di North Terrace, satu kompleks dengan museum dan perpustakaan. Campervan tetap kami parkir di dekat Uni dan kami berjalan kaki lewat jalan tembus universitas, sekitar 15 menit. Gedung galeri seni South Australia ini sangat khas, mirip dengan yang di New South Wales. Petugas di resepsionis sangat ramah, memberi kami brosur dan panduan apa-apa saja yang bisa dilihat di galeri seni ini. Nggak ada tiket masuk kok, gratis dan terbuka untuk umum. Kami melihat-lihat koleksi permanen yang menampilkan lukisan dan benda-benda seni bersejarah yang ditemukan di Australia Selatan. Terus terang koleksi galeri seni ini kurang sangar dibandingkan koleksi Art Gallery of NSW yang punya lukisan-lukisan dari abad pertengahan Eropa. The Precils hanya terkesan dengan lukisan Sydney Harbour yang baru saja kami tinggalkan :)

Kemudian kami lanjut ke galeri temporer. Di Michael Abbott gallery ditampilkan karya seniman dari China dan Indonesia. Tidak seperti Si Ayah, saya selalu merasa getaran aneh tiap kali melihat karya anak bangsa dihargai di luar negeri (mungkin kebanggaan pada tanah air?). Karya-karya di pameran ini mengekspresikan aspirasi dan ketakutan masyarakat ketika terjadi perubahan politik di Indonesia dan China.

Sayangnya saya tidak bisa puas menikmati karya-karya seniman dari Taring Padi ini karena Little A begitu takut dengan instalasi patung manusia berbalut bunga dan memegang pistol. Namun ada satu yang menarik perhatian saya, karya Eko Nugroho yang berjudul: Rintihan Agar-Agar. Sayangnya saya tidak bisa menjelaskan mengapa :)


Selain karya seni politik, ada juga pameran karya seni Islam di Galeri 19. Salah satu yang ditampilkan adalah kain lawas untuk ikat kepala dari Palembang, Sumatera Selatan. Kain yang ditenun dengan benang emas dan diwarnai dengan pewarna natural ini berasal dari abad ke-19. Di sini ditampilkan juga kain batik panjang, dengan motif kaligrafi Arab dan pola bunga yang yang terinspirasi oleh taman raja-raja di Jawa.




Karya Eko Nugroho, seniman Taring Padi
Koleksi kain lawas dari Palembang
Biasanya The Precils tertarik mengamati art di galeri atau minimal gembira melihat-lihat garang lucu-lucu yang dijual di Gallery Shop. Tapi entah mengapa kali ini mereka tidak begitu berminat. Dengan tampang bosan, Big A memaksa kami melanjutkan perjalanan. Mungkin dia khawatir campervan kami kena tilang ranger kalau tiket parkirnya sudah habis masa berlakunya :p
Kalau ingin jalan-jalan ke pusat kota sebenarnya hanya satu blok dari galeri seni ini. Di Rundle Mal, kita bisa jalan-jalan di trotoar yang lebar tanpa takut tersenggol kendaraan bermotor. Atau bisa juga duduk-duduk dan melihat orang-orang lewat. Sayangnya kami tidak punya banyak waktu. Kami juga tidak sempat ke pantai-pantai di Adelaide yang terkenal dengan sunset-nya yang cantik. Pantai di daerah Glenelg bisa dicapai dengan naik trem, sekitar setengah jam dari pusat kota.

Kami memilih kembali ke tempat parkir Campervan dan segera menuju Central Market yang terletak di Gouger St. Pasar ini buka mulai Selasa sampai Sabtu, dengan jam buka yang berbeda-beda, cek jadwalnya di sini. Minggu dan Senin pasar tutup. 

Tempat parkir pasar ada di bawah tanah, tapi sebelum kami telanjur masuk, saya ingat bahwa campervan ini terlalu tinggi dan pasti akan menabrak tiang penghalang. Akhirnya kami parkir di pinggir jalan, 200 meter dari lokasi pasar. Dibanding dengan pasar serupa di Sydney: Paddy's Market, Central Market ini relatif lebih bersih. Display bahan makanan segarnya enak dipandang dan tentunya menggiurkan. Yang dijual di pasar ini adalah bahan makanan segar seperti sayur dan buah, berbagai macam keju, macam-macam roti, produk daging (beberapa di antaranya berlabel halal) dan hewan laut. Ada juga toko buku, kios bunga, kafe dan resto kecil di sekelilingnya. 

Kami gerak cepat membeli sayur (lalapan) dan buah untuk road trip nanti. Kami juga membeli bahan-bahan mentah lain seperti susu, telur, minyak dan beras di supermarket Coles yang letaknya di sebelah pasar ini. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami sempatkan makan di restoran Malaysia di dalam pasar ini, sambil memandang bunga-bunga segar di kios sebelah :)


Buah-buah segar di pasar
Chinatown
Old building :p
Kami belum sempat menjelajah Central Market lebih lanjut dan sama sekali lupa membeli sesuatu dari Adelaide ketika jatah parkir kami habis. Dengan mengucap selamat tinggal pada kota yang hanya kami lewati ini, campervan kembali melaju ke arah selatan.

Tujuan kami adalah Cape Jervis, dermaga untuk menyeberang ke Kangaroo Island dengan feri. Kami rencananya mengejar feri pukul 6 sore. Jarak dari pusat kota Adelaide ke Cape Jervis sekitar 107 km, perlu waktu satu setengah jam dengan mobil. Kami berangkat dari kota sekitar jam 3 sore, jadi masih aman dan ada waktu cadangan kalau ada apa-apa, dan kalau tersesat...

Petunjuk jalan di Adelaide cukup jelas, kami tinggal mengikuti gambar feri untuk menuju Cape Jervis. Tapi ternyata ada satu ruas jalan raya yang ditutup karena perbaikan. Ini membuat kami bingung dan kalang kabut. GPS menyarankan kami mengambil jalan lain yang akhirnya malah membuat kami tersesat dan berputar-putar. Ketika berusaha mencari jalan kembali, kami melihat jalan yang tadinya ditutup sudah dibuka kembali. Ealah, memang sedang diuji kesabarannya.

Setelah kembali ke jalan yang benar (literally), kami kembali diuji oleh peraturan konyol di kota ini. Kecepatan maksimal yang diperbolehkan di jalan tol Adelaide hanya 60km/jam. Duh! Ini jalan bebas hambatan lho. Satu-satunya hambatan ya peraturan konyol itu tadi. Dengan bersungut-sungut Si Ayah tetap menyetir dengan kecepatan maksimal (60km/jam) dan banyak mobil mendahului kami (lha!). Saya jadi teringat cerita teman, dengan batas kecepatan berkendara maksimal seperti ini, kota Adelaide cocoknya untuk pensiunan dan warga senior. Ditambah lagi, masih kata teman saya, cemetery alias kuburan bisa ditemukan setiap 100m :) Gara-gara teman yang satu ini, saya jadi memperhatikan setiap kali melewati cemetery. Memang lumayan banyak sih :p

Lepas dari tol dalam kota, pemandangan berganti dengan kebun-kebun anggur yang tinggal pokoknya saja. Meskipun tanpa daun, pemandangan pohon-pohon anggur yang berjajar rapi ini cukup indah. Daerah Australia Selatan memang terkenal sebagai penghasil anggur terbaik di Australia. Mereka dengan bangga menyebut dirinya sebagai ibukota wine di Australia. Pusat kebun-kebun anggur ini ada di Barossa Valley, sekitar 56 km di sebelah utara kota.

Setelah dua jam perjalanan, dihiasi dengan rintik-rintik hujan yang sesekali turun, kami akhirnya melihat lautan. Cape Jervis sudah di depan mata. Masih ada sekitar 45 menit sebelum feri membuang sauh. Kami berempat sudah tidak sabar untuk menyeberang!

To Kangaroo Island we go!
~ The Emak Baca Selengkapnya...

CoE ( Center Of Excellent ) Papua Barat


Dalam perekrutan Staf CoE jumlah peserta yang mendaftar berjumlah 72 orang, namun yang lolos seleksi hanya 48. Akhirnya tepat tanggal 3 September 2012, CoE ( Center of Excellent ) Papua Barat dibentuk, formasi staf CoE terdiri dari dokter, perawat, bidan, Analis dan staf data. tim ini di bentuk untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan Khususnya Program HIV, IMS dan TB di Fasilitas-fasilitas kesehatan di 7 kabupaten se-Papua Barat yaitu Kabupaten Manokwari, Bintuni, Kota Sorong, Kabupaten sorong, Sorong selatan, fak-fak dan kaimana
Maka akan terbentuklah Tim dengan Predikat Excellent ! 


CoE adalah daerah dimana akan menjadi pusat pelayanan yang excelent dengan didalamnya terdapat staf CoE yang akan membantu membangun pelayanan HIV, IMS, TB yang sempurna.

Staf CoE ada untuk membantu Dinas kesehatan Provinsi Papua Barat dengan tujuan mengurangi angka HIV dan Infeksi menular lainnya. program ini merupakan kerjasama Pemda Provinsi Papua Barat dengan CHAI (Chilinton Health Access Initiative) dengan sumber pendanaan oleh AusAID.

Konsep Centre Of Excellence Papua Barat
  1. Merupakan konsep layanan komprehensif yang berkesinambungan
  2. Bertujuan meningkatan kapasitas layanan yang tersedia disuatu daerah baik rumah sakit maupun puskesmas sehingga bisa menjadi rujukan
  3. Direncanakan di 6 kab/ 1 kota (Papua Barat)
  4. 6 kab/ 1 kota yang menjadi rujukan akan memperkuat kabupaten pemekaran di sekitarnya
  5. 6 kab/ 1 kota akan menjadi rujukan perawatan dan pengobatan, lab, tempat pelatihan dan layanan k data.   

Daftar nama-nama Staf CoE Dinkes Provinsi Papua Barat

Wilayah Manokwari / Bintuni
1. dr. Dewi
2. Ferdinand Nauw (perawat)
3. Muh. Ikhsan  (perawat)
4. Linda rumbobiar (bidan)
5. Risma (analis)
6. Mariance (data)
7. Elis (admin)
8. Hendra (admin Provinsi)
9. Nadia (Komunikasi)

yang lain menyusul yah ...

 CoE/Ikh Baca Selengkapnya...

Saat Kenyataan Tak Sesuai Impian

Banyak orang yang merasa frustasi karena kenyataan mereka tidak sesuai dengan impian. Sebagai contoh, ada seorang anak yang ingin kuliah di Universitas A, tapi nyatanya biaya tidak mencukupi.  Atau, mereka yg merantau ke kota besar, bermimpi ingin mendapatkan pekerjaan berkelas nasional bahkan internasional, tapi nyatanya yang didapatkan hanyalah pekerjaan biasa-biasa saja & apa adanya.  Ada juga seorang pengusaha, yg mungkin mengharapkan kenaikan profit 10 kali, malah mengalami kebangkrutan.

Apa yang kita harapkan, kadang memang tidak sesuai dengan kenyataan. Lalu apa yang harus kita lakukan?
Berikut adalah 3 langkah atau tips yang bisa Seniwati lakukan saat mimpi tidak sesuai dengan kenyataan:


1. Bertindaklah selalu secara fleksibel
    dan dinamis

Jika kita betul-betul ingin menggapai kesuksesan, maka diperlukan *kesiapan* untuk bisa bertindak secara fleksible  dan dinamis terhadap setiap perubahan yang terjadi.
Sekarang, saya akan buat sebuah analogi  sederhana...
Saat ada badai atau angin topan yang besar, tidak jarang kita melihat pohon yang memiliki batang yang sangat besar  tumbang! Apa sebab?  Sebab mereka tidak kuat menahan beban  yang diterima.

Namun coba tengoklah bambu! Karena batangnya yang lentur, maka bambu bisa fleksibel bergerak ke segala arah, dan jarang tumbang! Nah, begitu pun dengan kita! Jika kita bertindak dan berpikir dinamis dan juga fleksibel, maka kita akan lebih tahan dalam menghadapi tantangan dan perubahan serta masalah yang datang.

2. Berpikirlah bahwa INILAH yang terbaik
    untuk kita!

Saat kenyataan tidak sesuai dengan impian, percayalah bahwa inilah yang terbaik untuk kita. Kita tidak pernah tahu skenario yang telah ditetapkan-Nya.  Karena, segala sesuatu yang menurut  logika kita baik, bisa jadi justru  sebaliknya di mata Tuhan!

Berpikirlah selalu positif atas apapun  yang terjadi pada diri kita. Jangan  biarkan satu kegagalan membuat kita kecewa, apalagi sampai frustasi dan  berlarut-larut.  kita tahu apa yang saya lakukan jika ada satu mimpi atau keinginan saya  tidak kesampaian? Saya biasa mengatakan:

"Sudahlah Ahira, kamu tdk perlu kecewa,
don't ask me why, it is GOOD for you!
Sekarang kamu dengarkan baik-baik, Tuhan
akan menggantinya dengan YANG LEBIH BAIK!
Tuhan tau kamu orang yg baik & bijaksana.
Hidupmu penuh dengan kelimpahan, dan kamu
memang dilahirkan utk slalu jadi pemenang!"

Saya biasa mengatakannya di depan cermin dengan penuh keyakinan, tentunya saat saya sendirian! hehe... It works for me! :-)  Apa yang saya lakukan di atas itu adalah 'afirmasi'.
Afirmasi adalah kata-kata positif yang diucapkan berulang-ulang & diyakini untuk membentuk citra postif untuk mengurangi  sikap-sikap negatif dalam diri kita.

Kata-kata afirmasi ini bisa kita buat/ rancang sendiri, dan lalu bisa diucapkan  secara verbal atau dalam hati. Menurut ahli Hynotherapy, afirmasi itu akan 'terekam' oleh alam bawah sadar kita.
Dan jika terus-menerus diucapkan & dengan penuh keyakinan, maka kita SEDANG atau AKAN menjadi seperti itu adanya, yang kita ucapkan! Dengan kata lain, afirmasi
itu sama seperti DO'A.

Meski saat ini apa yang kita harapkan  belum sesuai dengan impian, namun kita
harus....

3. Tetap Siapkan MENTAL PEMENANG!

Saat kita mengalami kegagalan, lebih baik instropeksi diri daripada menyalahkan takdir. Siapa tahu, kita memang belum siap jadi pemenang! :-) Bisa jadi kesuksesan hanya akan membuat kita menjadi sombong, dan karena saking sayangnya Tuhan kepada kita, Ia tidak
mau hamba-Nya berbuat dosa. :-)
setiap kemenangan itu lebih baik dirintis dari setiap peluh kita! Akan  lebih baik jika kemenangan itu kita  dapatkan setahap demi setahap. Banyak orang sukses, tapi kemudian mereka terjatuh. Ada yang bangkit lagi, ada yang tidak. Liku hidup setiap manusia memang tidak sama.

Tapi ingat, kesempatan untuk menang itu selalu terbuka bagi siapa saja, tanpa terkecuali! Rejeki dan kemenangan itu sungguh tidak terkira banyaknya dari Tuhan, masih banyak yang menggantung di langit! :-)
Apakah mau meraihnya? atau mengharapkan turun dengan sendirinya?
Saya sarankan, jangan pernah memilih
yang kedua :-)
Kita semua tahu bahwa yang namanya
kemenangan itu seringkali dimiliki oleh
mereka yang... tdk pernah berhenti berusaha!
 
 oleh:
Anne Ahira

Baca Selengkapnya...

Kisah tukang bangunan

Seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya.

Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang
handal yang ia miliki dalam timnya. Namun ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan terakhir sebelum tukang kayu tua ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya. Dengan berat hati si tukang kayu menyanggupi namun ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati.

Sang mandor hanya tersenyum dan berkata, "Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada." Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia begitu malas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-bahan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.

Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, "Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!" Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan. Inilah refleksi hidup kita!

Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana. Sebab kehidupanmu saat ini adalah akibat dari pilihanmu di masa lalu. Masa depanmu adalalah hasil dari keputusanmu saat ini.

anne ahira
Baca Selengkapnya...

Saat Memulai Terapi ARV pada Dewasa dan Remaja

A.     Tidak tersedia tes CD4

Dalam hal tidak tersedia tes CD4, semua pasien dengan stadium 3 dan 4 harus memulai terapi ARV. Pasien dengan stadium klinis 1 dan 2 harus dipantau secara seksama, setidaknya setiap 3 bulan sekali untuk pemeriksaan medis lengkap atau jika timbul gejala atau tanda klinis yang baru.

B.     Tersedia tes CD4

Mengacu kepada Pedoman WHO tahun 2006: Antiretroviral Therapy For Hiv Infection In Adults And Adolescents In Resource-Limited Settings: Towards Universal Access Recommendations For A Public Health Approach saat yang paling tepat untuk memulai terapi ARV adalah sebelum pasien jatuh sakit atau munculnya IO yang pertama. Perkembangan penyakit akan lebih cepat apabila terapi ARV dimulai pada saat CD4 < 200/mm³ dibandingkan bila terapi dimulai pada CD4 di atas jumlah tersebut. Apabila tersedia sarana tes CD4 maka terapi ARV sebaiknya dimulai sebelum CD4 kurang dari 200/mm³. Waktu yang paling optimum untuk memulai terapi ARV pada tingkat CD4 antara 200-350/mm³ masih belum diketahui, dan pasien dengan jumlah CD4 tersebut perlu pemantauan teratur  secara klinis maupun imunologis.
Terapi ARV dianjurkan pada pasien dengan TB paru atau infeksi bakterial berat dan CD4 < 350/mm³. Juga pada ibu hamil stadium klinis manapun dengan CD4 < 350 /mm³.
Keputusan untuk memulai terapi ARV pada ODHA dewasa dan remaja didasarkan pada pemeriksaan klinis dan imunologis. Namun pada keadaan tertentu maka penilaian klinis saja dapat memandu keputusan memulai terapi ARV. Mengukur kadar virus dalam darah (viral load) tidak dianjurkan sebagai pemandu keputusan memulai terapi.
Proses memulai terapi ARV meliputi penilaian terhadap kesiapan pasien untuk memulai terapi ARV dan pemahaman tentang tanggung jawab selanjutnya (terapi seumur hidup, kepatuhan, toksisitas). Jangkauan pada dukungan gizi dan psikososial, dukungan keluarga atau sebaya merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan ketika membuat keputusan untuk memulai terapi ARV.

 
Stadium Klinis
Bila tersedia pemeriksaan CD4
Bila tidak  tersedia pemeriksaan CD4
1
Terapi antiretroviral dimulai bila CD4 < 200/mm³
Terapi ARV tidak diberikan
2
Bila jumlah total limfosit <1200 span="span">
3
Jumlah CD4 200 – 350/mm³, pertimbangkan terapi sebelum CD4 <200 mm="mm" span="span">³
Pada kehamilan atau TB:
·       Mulai terapi ARV pada semua ibu hamil denagn CD4 <350 mm="mm" span="span">³
·       Mulai terapi ARV pada semua ODHA dengan CD4 <350 mm="mm" span="span">³ dengan TB paru atau infeksi bakterial berat
Terapi ARV dimulai tanpa memandang jumlah limfosit total

4
Terapi ARV dimulai tanpa memandang jumlah CD4
Keterangan:
a    CD4 dianjurkan digunakan untuk membantu menentukan mulainya terapi. Contoh, TB paru dapat muncul kapan saja pada nilai CD4 berapapun dan kondisi lain yang menyerupai penyakit yang bukan disebabkan oleh HIV (misal, diare kronis, demam berkepanjangan).
b    Nilai yang tepat dari CD4 di atas 200/mm³ di mana terapi ARV harus dimulai belum dapat ditentukan.
c    Jumlah limfosit total ≤1200/mm³ dapat dipakai sebagai pengganti bila pemeriksaan CD4 tidak dapat dilaksanakan dan terdapat gejala yang berkaitan dengan HIV (Stadium 2 atau 3). Hal ini tidak dapat dimanfaatkan pada ODHA asimtomatik. Maka, bila tidak ada pemeriksaan CD4, ODHA asimtomatik (Stadium 1 ) tidak boleh diterapi karena pada saat ini belum ada metode lain yang terpercaya di daerah dengan sumberdaya terbatas.

Mengingat ARV adalah suatu ‘living medicine’, dalam perkembangannya, WHO mengeluarkan anjuran untuk dapat memulai pemberian ARV saat CD4<350 mm="mm" span="span">³ dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah mengadopsi kebijakan pemberian ARV dapat dimulai pada pasien dengan CD4<350 mm="mm" span="span">³ pada tahun 2009, tanpa melihat stadium klinik pasien.
 

Memulai Terapi ARV pada Keadaan IO yang Aktif

Jangan memulai terapi ARV bila masih terdapat IO yang aktif. Pada dasarnya IO harus diobati terlebih atau diredakan dahulu, kecuali MAC, di mana terapi ARV merupakan pilihan yang lebih baik, terutama apabila terapi spesifik untuk MAC tidak tersedia. Keadaan lain yang mungkin akan membaik ketika dimulai terapi ARV adalah kandidosis dan kriptosporidiosis.
IO dan penyakit terkait HIV lainnya yang perlu pengobatan atau diredakan sebelum terapi ARV dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.


SUMBER
Pedoman Nasional terapi ARV Edisi kedua 2009

Baca lagi mengenai HIV disini

Baca Selengkapnya...