Kesehatan Ibu dan Anak Pesisir dan Pegunungan Memprihatinkan
ANGKA kematian ibu dan anak di Provinsi Papua masih sangat tinggi. Menurut data Perwakilan UNICEF di Papua periode Juni 2008, pada 67.000 kelahiran bayi di Papua, 7000 diantaranya meninggal sebelum bayi mencapai usia lima tahun. Tingginya tingkat kematian ibu dan anak di Papua, menurut laporan badan dunia ini disebabkan oleh persoalan ekonomi, keterbelakangan pendidikan dan kurangnya tenaga kesehatan.
Situasi ini menjadi semakin kompleks karena banyak calon ibu di Papua memiliki pengetahuan yang rendah soal kesehatan reproduksi, dan sebagian besar calon ibu hidup di desa-desa terpencil yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Untuk mengetahui kondisi riil kesehatan ibu dan bayi di Kabupaten Mimika, Biro Kesehatan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) pada Nopember 2008 melakukan survey pengambilan data dasar ibu dan bayi di bawah usia dua tahun di Distrik Mimika Barat Dekat, Mimika Timur Jauh, dan Agimuga.
Berdasarkan hasil survey Biro Kesehatan LPMAK di Kampung Ipiri, Paripi, Yaraya, yang berada dalam wilayah administratif Distrik Mimika Barat Dekat, ketiga kampung ini memiliki sumber air bersih dari sumur gali dan bak penampungan air hujan.
Sanitasi lingkungan warga di tiga kampung pesisir ini sangat buruk karena mereka tidak memiliki jamban dan memiliki kebiasaan membuang air besar di pantai atau kebun. Selain itu kondisi rumah warga tidak memenuhi syarat sebagai rumah sehat.
Akibat lingkungan yang tidak sehat ini, sejumlah warga terserang penyakit kulit kudis (scabies). Sementara seorang bayi di Kampung Yaraya tewas akibat penyakit malaria. Penyakit malaria juga menyerang enam orang warga (sudah menjalani pengobatan).
Tingkat kesehatan warga di Kampung Ipiri, Paripi, Yaraya makin memprihatinkan karena tidak ada tenaga kesehatan yang mau bekerja di tiga kampung ini, walaupun sudah ada bangunan fisik Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu) yang dipakai sebagai tempat tinggal oleh Kepala Kampung. Akibatnya tidak pernah ada program penyuluhan untuk calon ibu dan ibu hamil.
Situasi kesehatan masyarakat yang berada di bawah standar minil juga ditemukan Biro Kesehatan LPMAK di Kampung Fanamo dan Omawita, Distrik Mimika Timur Jauh. Warga di kedua kampung ini juga tidak memiliki jamban, sudah memiliki Pustu tetapi tidak ada tenaga kesehatan yang bekerja di kampung pesisir ini. Sanitasi yang buruk menyebabkan sejumlah warga menderita penyakit kulit, dan malaria. Tetapi tidak ada kasus kematian balita akibat malaria.
Sementara di Kampung Amungun dan Aramsolki, Distrik Agimuga, Biro Kesehatan LPMAK mencatat sejumlah data antara lain, sudah ada tenaga kesehatan di dua kampung wilayah pegunungan Papua ini. Tetapi tenaga kesehatan di Kampung Amungun dan Kampung Aramsolki belum melaksanakan program Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran calon ibu dan ibu hamil tentang arti penting kesehatan persalinan.
Untuk meningkatkan kualitas eksehatan warga, Biro Kesehatan LPMAK sudah memberi bantuan pembangunan sumur dan bak penampungan air bersih, dan juga pembangunan tempat mandi, cuci, kakus, tetapi kesadaran warga di kedua kampung untuk menjaga kesehatan lingkungan masih sangat rendah. Selain itu kondisi rumah warga tidak memenuhi syarat-syarat sebagai rumah sehat. Tidak ditemukan kasus penyakit malaria, atau kematian bayi akibat malaria. Tetapi sebagian warga menderita penyakit kulit.
Selain tingkat kesehatan penduduk yang sangat rendah di tujuh kampung, yang disurvei Biro Kesehatan LPMAK, tidak ada data jumlah penduduk memadai terutama di Kampung Fanamo, Amungun, Aramsolki. Data kependudukan yang tercatat hanya ada di Kampung Ipiri, Paripi, dan Yaraya.
Berdasarkan hasil survey ini, nampaknya target pembangunan kesehatan nasional 2010 untuk menciptakan masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat dan memperoleh pelayanan kesehatan secara adil dan bermutu ibarat jauh panggang dari api.
Apalagi hingga kini, kesadaran tenaga kesehatan untuk menjalankan tugas di wilayah terpencil masih sangat rendah. Sementara tingkat kesadaran masyarakat untuk mewujudkan lingkungan hidup yang bersih juga masih rendah. (tjahjono ep)
Dr berbagai sumber