Suatu kali, seorang wanita menangis dan menjerit histeris.” Dokter telah berbohong. Dokter berbohong kepada saya……..,” teriaknya.
Ternyata bermula dari pernyataan dokter, bahwa suaminya yang dirawat dirumah sakit masih ada harapan sembuh. ”Tenanglah tidak perlu dirisaukan. Harapan tetap ada…..,” kata dokter waktu itu.
Kenyataannya belum ada seminggu kata-kata itu diucapkan, suaminya meninggal. Ternyata anggota keluarga lain telah diberitahu dokter, bahwa memang sudah tidak ada harapan. Pertimbangan untuk tidak memberitahu sang istri, karena ia sangat emosional dan mengidap sakit jantung. Lalu salahkah dokter? Perlukah dokter berbohong dalam hal ini ?
Haruskah berterus terang ?
Pokok permasalahan ini terkadang di pergunjingkan, adalah keterusterangan dan ketidakterusterangan dokter. Ada sebagian penderita yang tahan menghadapi kenyataan sebenarnya. Sebaliknya , ada pula yang mendesak ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi atas diri maupun anggota keluarganya, tetapi sulit menerima kenyataan. Karena itu, dokter lebih berhati-hati untuk mengatakan kepada pasien yang sebenarnya.
Hal inilah yang mendorong seseorang dokter adakalanya harus bersikap jujur mengatakan apa adanya yang terjadi. Namun, bisa saja tidak berterus terang, hanya mengatakan secara kurang lengkap, atau bahkan terpaksa berbohong menyembunyikan apa yang diketahui atas kondisi pasiennya. Sikap dokter yang terakhir inilah yang sering merupakan dilema dan beban bagi dokter sendiri. Ia telah mengetahui benar kondisi pasiennya, tetapi terpaksa berbohong. Langkah untuk berbohong yang dilakukan dokter semata-mata demi kebahagiaan orang yang sedang menderita atau sekedar mengurangi penderitaan.
Terpaksa berbohong
Pernah terjadi, seoarang pasien penderita kanker yang telah di ramalkan tidak bertahan hidup lama, mengalami frustasi berat. Namun, setelah dokter merawat memberikan sugesti berupa harapan – harapan yang menggembirakan, semangatnya untuk hidup kembali kembali bergelora. Bahkan ia berjanji akan membuat prestasi gemilang sepulang dari perawatan rumah sakit. Meskipun akhirnya dia meninggal beberapa waktu kemudian sesuai ramalan secara medis, tetapi kegembiraan sempat tersungging di bibirnya. Bukankah ini mengandung nilai kemanusiaan yang tinggi ?
Nah, ternyata berbohong pun kadang-kadang harus dilakukan dokter.
Sumber : pencegahan dini gangguan kesehatan oleh Dr dr anies Mkes PKK.
Opini saya :
1. Sebaiknya dokter berterus terang tentang kondisi pasien tersebut.
2. Mempertimbangkan untuk berterus terang memang pilihan yang sulit tetapi ini lebih baik daripada harus berbohong.
Mungkin sobat punya pendapat lain, silahkan berkomentar. Terim kasih semoga bermanfaat.
sobatsehat.com