2.1
Definisi
Hemofilia berasal dari bahasa
Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah dan
philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit
yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak
tersebut dilahirkan Hemofilia adalah gangguan perdarahan yang disebabkan oleh
defisiensi herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi (Wong, 2003).
Hemofilia merupakan penyakit
pembekuan darah kongenital yang disebabkan karena kekurangan faktor pembekuan
darah, yaitu faktor VIII dan faktor IX. Factor tersebut merupakan protein
plasma yang merupakan komponen yang sangat dibutuhkan oleh pembekuan darah
khususnya dalam pembentukan bekuan fibrin pada daerah trauma (Hidayat, 2006).
Hemofilia merupakan gangguan
koagulasi kongenital paling sering dan serius. Kelainan ini terkait dengan
defisiensi faktor VIII, IX atau XI yang ditentukan secara genetic (Nelson,
1999). Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang
paling sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten (Price & Wilson, 2005).
Hemofilia adalah penyakit
gangguan pembekuan darah yang diturunkan melalui kromosom X. Karena itu,
penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria karena mereka hanya mempunyai kromosom
X, sedangkan wanita umumnya menjadi pembawa sifat saja (carrier). Namun, wanita
juga bisa menderita hemofilia jika mendapatkan kromosom X dari ayah hemofilia
dan ibu pembawa carrier.
2.2
Etiologi
Faktor congenital
Bersifat resesif autosomal herediter.
Kelainan timbul akibat sintesis faktor pembekuan darah menurun. Gejalanya
berupa mudahnya timbul kebiruan pada kulit atau perdarahan spontan atau
perdarahan yang berlebihan setelah suatu trauma. Pengobatan: dengan memberikan
plasma normal atau konsentrat factor yang kurang atu bila perlu diberikan
transfuse darah.
Faktor
didapat
Biasanya disebabkan oleh defisiensi factor II
(protrombin) yang terdapat pada keadaan berikut:
Neonatus, terutama yang kurang bulan karena fungsi
hati belum sempurna sehingga pembekuan faktor darah khususnya faktor II
mengalami gangguan. Pengobatan: umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan atau
dapat diberikan vitamin K. Defisiensi vitamin K, hal ini dapat terjadi pada
penderita ikterus obstruktif, fistula biliaris absorbsi vit K dari usus yang
tidak sempurna atau karena gangguan pertumbuhan bakteri usus.
Beberapa penyakit seperti sirosis
hati, uremia, sindrom nefrotik dan lain-lain
- Terdapatnya zat antikoagulansia (dikumarol, heparin)
yang bersifat antagonistik terhadap protrombin.
- Disseminated intravascular coagulation (DIC).
Pengobatan ditunjukkan pada
penyakit primernya, missal pemberian vitamin K. Di samping itu dapat pula
diberikan darah, plasma dan lain-lain. (IKA 1 FKUI,
1985)
2.3 Manifestasi klinis
- Masa
bayi (untuk diagnosis)
a. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi
b. Ekimosis
subkutan diatas tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4 bulan)
c.
Hematoma besar setelah infeksi
d.
Perdarahan dari mukosa oral
e.
Perdarahan jaringan lunak
- Episode
perdarahan (selama rentang hidup)
a. Gejala
awal, yaitu nyeri
b.
Setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan penurunan mobilitas
3. Sekuela jangka panjang
Perdarahan berkepanjangan dalam
otot dapat menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.
Komplikasi
:
- Timbulnya inhibitor.
Inhibitor adalah cara tubuh untuk
melawan apa yang dilihatnya sebagai benda asing yang masuk. Hal ini berarti
segera setelah konsentrat faktor diberikan tubuh akan melawan dan akan
menghilangkannya. Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat
konsentrat faktor VIII atau faktor IX sebagai benda asing dan menghancurkannya.
Pada penderita hemofilia dengan inhibitor terhadap konsentrat faktor, reaksi
penolaksan mulai terjadi segera setelah darah diinfuskaan. Ini berarti konsentrat
faktor dihancurkan sebelum ia dapat menghentikan pedarahan.
- Kerusakan sendi akibat perdarahan berulang
Kerusakan sendi adalah kerusakan
yang disebabkan oleh perdarahan berulang di dalam dan di sekitar rongga sendi.
Kerusakan yang menetap dapat disebabkan oleh satu kali perdarahan yang berat
(hemarthrosis). Namun secara normal, kerusakan merupakan akibat dari perdarahan
berulang ulang pada sendi yang sama selama beberapa tahun. Makin sering
perdarahan dan makin banyak perdarahan makin besar kerusakan.
a. Sendi yang paling sering rusak
adalah sendi engsel seperti
-
Lutut
-
Pergelangan kaki
-
Siku
b. Sendi engsel ini hanya mempunyai
sedikit perlindungan terhadap tekanan dari samping akibatnya sering terjadi
perdarahan.
c. Sendi peluru yang mempunyai
penunjang lebih baik, jarang terjadi perdarahan seperti Panggul,Bahu
d. Sendi pada pergelangan tangan,
tangan dan kaki kadang - kadang mengalami perdarahan. namun jarang menimbulkan
kerusakan sendi.
- Infeksi yang ditularkan oleh darah
Dalam 20 tahun terakhir,
komplikasi hemofilia yang paling serius adalah infeksi yang ditularkan oleh
darah. Di seluruh dunia banyak penderita hemofilia yang tertular HIV, hepatitis
B dan hepatitis C. Mereka terkena infeksi ini dari plasma, cryopresipitat dan
khususnya dari konsentrat factor yang dianggap akan membuat hidup mereka normal
(Betz & Sowden, 2002)
2.4 Klasifikasi
Hemofilia terbagi atas dua jenis,
yaitu :
1. Hemofilia A yang dikenal juga
dengan nama:
a. Hemofilia klasik; karena jenis
hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah
b. Hemofilia kekurangan Factor VIII;
terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah yang
menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
2. Hemofilia B yang dikenal juga
dengan nama:
a. Christmas disease; karena di
temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal Kanada
b. Hemofilia kekurangan Faktor IX;
terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada darah yang
menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
Penderita hemofilia parah/ berat
yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah
normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam
sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas.
Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan
hemofilia berat. Perdarahan kadang
terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti olah raga yang
berlebihan. Penderita hemofilia ringan
lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami masalah perdarahan hanya
dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau mangalami luka yang
serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami perdarahan lebih pada
saat mengalami menstruasi.
2.5 Patofisiologi
Hemofilia adalah penyakit
koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan factor pembekuan VII
(hemofiliaA) atau faktor IX (hemofilia B atau penyakit Christmas). Keadaan ini
adalah penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif X-linked dari pihak
ibu. Faktor VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang merupakan komponenen
yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan untuk
pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemofilia berat terjadi
bila kosentrasi factor VIII dan IX plasma kurang dari 1%. Hemofilia sedang
terjadi bila kosentrasi plasma antara 1% dan 5%, dan hemofilia ringan terjadi
bila kosentrasi plasma antara 5% dan 25% dari kadar normal.
Manifestasi klinisnya bergantung
pada umur anak dan hebatnya defisiensi factor VIII dan IX. Hemofilia berat
ditandai perdarahan kambuhan, timbul spontan atau setelah trauma yang relative
ringan. Tempat perdarahan paling umum adalah di dalam persensian lutut, siku,
pergelangan kaki, bahu, dan pangkal paha. Otot yang paling sering terkena
adalah fleksor lengan bawah, gastroknemius, dan iliopsoas. Karena kemajuan
dalam bidang pengobatan, hampir semua pasien hemofilia diperkirakan dapat hidup
normal (Betz & Sowden, 2002).
Kecacatan dasar dari hemofilia A
adalah defisiensi factor VIII antihemophlic factor (AHF). AHF diproduksi oleh
hati dan merupakan factor utama dalam pembentukan tromboplastin pada pembekuan
darah tahap I.
AHF yang ditemukan dalam darah lebih sedikit, yang dapat memperberat penyakit.
Trombosit yang melekat pada
kolagen yang terbuka dari pembuluh yang cedera, mengkerut dan melepaskan ADP
serta faktor 3 trombosit, yang sangat penting untuk mengawali system pembekuan,
sehingga untaian fibrin memendek dan mendekatkan pinggir-pinggir pembuluh darah
yang cedera dan menutup daerah tersebut. Setelah pembekuan terjadi diikuti
dengan sisitem fibrinolitik yang mengandung antitrombin yang merupakan protein
yang mengaktifkan fibrin dan memantau mempertahankan darah dalam keadaan cair.
Penderita hemofilia memiliki dua
dari tiga faktor yang dibutuhkan untuk proses pembekuan darah yaitu pengaruh
vaskuler dan trombosit (platelet) yang dapat memperpanjang periode perdarahan,
tetapi tidak pada tingat yang lebih cepat. Defisiensi faktor VIII dan IX dapat
menyebabkan perdarahan yang lama karena stabilisasi fibrin yang tidak memadai.
Masa perdarahan yang memanjang, dengan adanya defisiensi faktor VIII, merupakan
petunjuk terhadap penyakit von willebrand.
Perdarahan pada jaringan dapat
terjadi dimana saja, tetapi perdahan pada sendi dan otot merupakan tipe yang
paling sering terjadi pada perdarahan internal. Perubahan tulang dan kelumpuhan
dapat terjadi setelah perdarahan yang berulang-ulang dalam beberapa tahun.
Perdarahan pada leher, mulut atau dada merupakan hal yang serius, sejak airway
mengalami obstruksi. Perdarahan intracranial merupakan salah satu penyebab
terbesar dari kematian .
Perdarahan pada gastrointestinal
dapat menunjukkan anemia dan perdarahan pada kavum retroperitoneal sangat
berbahaya karena merupakan ruang yang luas untuk berkumpulnya darah. Hematoma
pada batang otak dapat menyebabkan paralysis (Wong,
2001).
Bagaimana ganguan pembekuan darah
itu dapat terjadi?
Gangguan itu dapat terjadi karena
jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang dari jumlah normal, bahkan hampir
tidak ada.
Prinsip
Dasar Dari Suatu Keturunan
Setiap sel di dalam tubuh
memiliki struktur - struktur yang di sebut kromosom (chromosomes). Didalam ilmu
kimia, sebuah rantai kromosom yang panjang disebut DNA. DNA ini disusun kedalam
ratusan unit yang di sebut gen yang dapat menentukan beberapa hal, seperti
warna mata seseorang. Setiap sel terdiri dari 46 kromosom yang disusun dalam 23
pasang. Salah satu pasangnya dikenal sebagai kromosom seks, atau kromosom yang
menentukan jenis kelamin manusia. Wanita memiliki dua kromosom X dalam satu
pasang, dan pria memiliki satu kromosom X, dan satu kromosom Y dalam satu
pasang.
2.6 Pemeriksaan diagnostic
- Uji skrining
untuk koagulasi darah
a. Jumlah trombosit (normal
150.000-450.000 tombosit per mm3 darah)
b. masa protombin (normal
memerlukan waktu 11-13 detik)
c. Masa tromboplastin parsial
(meningkat, mengukur keadekuatan faktor koagulasi intrinsik)
d. Assays fungsional terhadap
faktor VIII dan IX (memastikan diagnosis)
e. Masa pembekuan trombin
(normalnya 10-13 detik)
- Biopsi
hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan
patologi dan kultur.
- Uji
fungsi faal hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi adanya
penyakit hati (misalnya, serum glutamic-piruvic transaminase [SPGT], serum
glutamic oxaloacetic transaminase [SGOT], fosfatase alkali, bilirubin). (Betz & Sowden, 2002).
2.7
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang diberikan untuk
mengganti factor VIII atau faktot IX yang tidak ada pada hemofilia A diberikan
infus kriopresipitas yang mengandung 8 sampai 100 unit faktor VIII setiap
kantongnya. Karena waktu paruh faktor VIII adalah 12 jam sampai pendarahan
berhenti dan keadaan menjadi stabil. Pada defisiensi faktor IX memiliki waktu
paruh 24 jam, maka diberikan terapi pengganti dengan menggunakan plasma atau
konsentrat factor IX yang diberikan setiap hari sampai perdarahan berhenti.
Penghambat antibody yang ditunjukkan untuk melawan faktor pembekuan tertentu
timbul pada 5% sampai 10% penderita defisiensi faktor VIII dan lebih jarang
pada faktor IX infase selanjutnya dari faktor tersebut membentuk anti bodi
lebih banyak. Agen-agen imunosupresif, plasma resesif untuk membuang inhibitor
dan kompleks protombin yang memotong faktor VIII dan faktor IX yang terdapat
dalam plasma beku segar. Produk sintetik yang baru yaitu: DDAVP (1-deamino
8-Dargirin vasopressin) sudah tersedia untuk menangani penderita hemofilia
sedang. Pemberiannya secara intravena (IV), dapat merangsang aktivitas faktor
VIII sebanyak tiga kali sampai enam kali lipat. Karena DDAVP merupakan produk
sintetik maka resiko transmisi virus yang merugikan dapat terhindari.
Hematosis bisa dikontrol jika
klien diberi AHF pada awal perdarahan. Immobilisasi sendi dan udara dingin
(seperti kantong es yang mengelilingi sendi) bisa memberi pertolongan. Jika
terjadi nyeri maka sangat penting untuk mengakspirasi darah dan sendi. Ketika
perdarahan berhenti dan kemerahan mu;ai menghilang klien harus aktif dalam
melakukan gerakan tanpa berat badan untuk mencegah komplikasi seperti
deformitas dan atrofi otot.
Prognosis untuk seorang yang
menderita hemofilia semakin bertambah baik ketika ditemukannya AHF. 50% dari
penderita hemofilia meninggal sebelum mencapai umur 5 tahun. Pada saat ini
kejadian kematian jarang terjadi setelah trauma minor. Infusi di rumah
menggunakan AHF meyakinkan pengobatan bahwa manifestasi pertama dari perdarahan
dan komplikasi diatasi. Program training dengan panduan yang ketat. Ketika
panduan ini diikuti dengan baik seseorang yang menderita hemofili akan sangat
jarang berkunjung ke ruang imergensi.
Analgesik dan kortikosteroid
dapat mengurangi nyeri sendi dan kemerahan pada hemofilia ringan pengguna
hemopresin intra vena mungkin tidak diperlukan untuk AHF. Sistem pembekuan
darah yang sifatnya hanya sementara, sehingga tidak perlu dilakukan transfusi.
Biasanya pengobatan meliputi transfuse untuk menggantikan kekurangan faktor
pembekuan. Faktor-faktor ini ditemukan di dalam plasma dan dalam jumlah yang
lebih besar ditemukan dalam plasma konsentrat.
Beberapa penderita membentuk
antibodi terhadap faktor VIII dan faktor IX yang ditransfusikan, sehingga transfusi
menjadi tidak efektif. Jika di dalam darah contoh terdapat antibodi, maka dosis
plasma konsentratnya dinaikkan atau diberikan factor pembekuan yang berbeda
atau diberikan obat-obatan untuk mengurangi kadar antibodi.
Kandungan :
- Kriopresipitas : fresh frozen
plasma8-100 unit antihemophilic globulin
- Faktor VIII : 2332 asam amino
- AHF : fresh frozen plasma
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penderita hemofilia harus
menyadari keadaan yang bisa menimbulkan perdarahan. Mereka harus sangat
memperhatikan perawatan giginya agar tidak perlu menjalani pencabutan gigi. Istirahatkan
anggota tubuh dimana ada luka. Bila kaki yang mengalami perdarahan, gunakan
alat Bantu seperti tongkat.
Kompreslah bagian tubuh
yangterluka dan daerah sekitarnya dengan es atau bahan lain yang lembut & beku/dingin.
Tekan dan ikat, sehingga bagian
tubuh yang mengalami perdarahan tidak dapat bergerak (immobilisasi). Gunakan
perban elastis namun perlu di ingat, jangan tekan & ikat terlalu keras. Letakkan
bagian tubuh tersebut dalam posisi lebih tinggi dari posisi dada dan letakkan
diatas benda yang lembut seperti bantal.