ANATOMI HIDUNG
Hidung
terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung. Piramid
hidung terdiri dari :
- pangkal hidung (bridge)
- dorsum nasi (dorsum=punggung)
- puncak hidung
- ala nasi (alae=sayap)
- kolumela
- lubang hidung (nares anterior)
PERDARAHAN HIDUNG
Rongga
hidung kita kaya dengan pembuluh darah. Pada rongga bagian
depan, tepatnya pada sekat yang membagi rongga hidung kita menjadi dua,
terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut pleksus Kiesselbach. Pada rongga
bagian belakang juga terdapat banyak cabang-cabang dari pembuluh darah yang cukup
besar antara lain dari arteri sphenopalatina.
Rongga
hidung mendapat aliran darah dari cabang arteri maksilaris (maksila=rahang
atas) interna yaitu arteri palatina (palatina=langit-langit) mayor dan arteri
sfenopalatina. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari arteri fasialis
(fasial=muka). Bagian depan septum terdapat anastomosis (gabungan) dari
cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis
superior dan arteri palatina mayor yang disebut sebagai pleksus kiesselbach (little’s
area).
Jika
pembuluh darah tersebut luka atau rusak, darah akan mengalir keluar melalui dua
jalan, yaitu lewat depan melalui lubang hidung, dan lewat belakang masuk ke
tenggorokan.
KLASIFIKASI
1. Mimisan Depan
Jika
yang luka adalah pembuluh darah pada rongga hidung bagian depan, maka disebut
'mimisan depan' (=epistaksis anterior). Lebih
dari 90% mimisan merupakan mimisan jenis ini. Mimisan depan lebih sering
mengenai anak-anak, karena pada usia ini selapun lendir dan pembuluh darah
hidung belum terlalu kuat.
Mimisan depan biasanya ditandai dengan keluarnya darah
lewat lubang hidung, baik melalui satu maupun kedua lubang hidung. Jarang
sekali perdarahan keluar lewat belakang menuju ke tenggorokan, kecuali jika
korban dalam posisi telentang atau tengadah.
Pada pemeriksaan hidung, dapat dijumpai lokasi sumber
pedarahan. Biasanya di sekat hidung, tetapi kadang-kadang juga di dinding
samping rongga hidung.
Mimisan depan akibat :
1. Mengorek-ngorek
hidung
2. Terlalu
lama menghirup udara kering, misalnya pada ketinggian atau ruangan berAC
3. Terlalu
lama terpapar sinar matahari
4. Pilek
atau sinusitis
5. Membuang
ingus terlalu kuat
Biasanya
relatif tidak berbahaya. Perdarahan yang timbul ringan dan dapat berhenti
sendiri dalam 3 - 5 menit, walaupun kadang-kadang perlu tindakan seperti
memencet dan mengompres hidung dengan air dingin.
Beberapa langkah untuk mengatasi mimisan depan:
- Penderita duduk di kursi atau berdiri,
kepala ditundukkan sedikit ke depan.
Pada posisi duduk atau berdiri, hidung yang berdarah lebih tinggi dari
jantung. Tindakan ini bermanfaat untuk mengurangi laju perdarahan. Kepala
ditundukkan ke depan agar darah mengalir lewat lubang hidung, tidak jatuh
ke tenggorokan, yang jika masuk ke lambung menimbulkan mual dan muntah,
dan jika masuk ke paru-paru dapat menimbulkan gagal napas dan kematian.
- Tekan seluruh cuping hidung, tepat di atas
lubang hidung dan dibawah tulang hidung. Pertahankan tindakan ini selama 10 menit. Usahakan
jangan berhenti menekan sampai masa 10 menit terlewati. Penderita
diminta untuk bernapas lewat mulut.
- Beri kompres dingin di
daerah sekitar hidung. Kompres dingin membantu
mengerutkan pembuluh darah, sehingga perdarahan berkurang.
- Setelah mimisan berhenti, tidak boleh
mengorek-ngorek hidung dan menghembuskan napas lewat hidung terlalu kuat
sediktinya dalam 3 jam.
- Jika penanganan pertama di atas tidak
berhasil, korban sebaiknya dibawa ke rumah sakit, karena mungkin
dibutuhkan pemasangan tampon (kasa yang digulung) ke dalam rongga hidung
atau tindakan kauterisasi. Selama dalam perjalanan, penderita sebaiknya
tetap duduk dengan posisi tunduk sedikit kedepan.
2. Mimisan
Belakang
Mimisan belakang (=epistaksis posterior) terjadi akibat
perlukaan pada pembuluh darah rongga hidung bagian belakang. Mimisan
belakang jarang terjadi, tapi relatif lebih berbahaya. Mimisan belakang
kebanyakan mengenai orang dewasa, walaupun tidak menutup kemungkinan juga
mengenai anak-anak.
Perdarahan
pada mimisan belakang biasanya lebih hebat sebab yang mengalami perlukaan
adalah pembuluh darah yang cukup besar.
Karena
terletak di belakang, darah cenderung jatuh ke tenggorokan kemudian tertelan
masuk ke lambung, sehingga menimbulkan mual dan muntah berisi darah. Pada
beberapa kasus, darah sama sekali tidak ada yang keluar melalui lubang hidung.
Beberapa
penyebab mimisan belakang :
- Hipertensi
- Demam berdarah
- Tumor ganas hidung atau nasofaring
- Penyakit darah seperti leukemia, hemofilia,
thalasemia dll.
- Kekurangan vitamin C
dan K.
- Dan lain-lain
Perdarahan
pada mimisan belakang lebih sulit diatasi. Oleh karena itu, penderita harus
segera dibawa ke puskesmas atau RS.
Biasanya
petugas medis melakukan pemasangan tampon belakang. Caranya, kateter dimasukkan
lewat lubang hidung tembus rongga belakang mulut (faring), kemudian ditarik
keluar melalui mulut. Pada ujung yang keluar melalui mulut ini dipasang kasa
dan balon. Ujung kateter satunya yang ada di lubang hidung ditarik, maka kasa
dan balon ikut tertarik dan menyumbat rongga hidung bagian belakang. Dengan
demikian diharapkan perdarahan berhenti. Jika tindakan ini gagal, petugas medis
mungkin akan melakukan kauterisasi. Langkah lain yang mungkin dipertimbangkan
adalah operasi untuk mencari pembuluh darah yang menyebabkan perdarahan,
kemudian mengikatnya. Tindakan ini dinamakan ligasi.
FISIOLOGI HIDUNG
Fungsi
hidung adalah untuk :
- jalan napas
- alat pengatur kondisi udara (mengatur suhu
dan kelembaban udara)
- penyaring udara
- sebagai indra penghidu (penciuman)
- untuk resonansi udara
- membantu proses bicara
- refleks nasal
Epistaksis
dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang). Kasus
epistaksis anterior terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal
perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach. Epistaksis posterior
umumnya berasal dari rongga hidung posterior melalui cabang a.sfenopalatina.
Epistaksis anterior
menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa perdarahan dari lubang hidung.
Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas
seperti mual, muntah darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis
posterior melibatkan pembuluh darah besar sehingga perdarahan lebih hebat.
Epistaksis (mimisan)
pada anak-anak umumnya berasal dari little’s area/pleksus kiesselbach yang
berada pada dinding depan dari septum hidung.
Dua faktor yang paling
penting dari epistaksis pada anak-anak adalah :
- Trauma minor : mengorek hidung, menggaruk,
bersin, batuk atau mengedan
- Mukosa hidung yang rapuh : terdapat infeksi
saluran napas atas, pengeringan mukosa, penggunaan steroid inhalasi
melalui hidung
Penyebab epistaksis
lainnya adalah adanya benda asing di dalam rongga hidung, polip hidung,
kelainan darah, kelainan pembuluh darah dan tumor pada daerah nasofaring.
ANAMNESE
Epistaksis berulang atau seringkali terjadi
epistaksis
- Riwayat sebelumnya dimana seringkali
berdarah setelah tindakan bedah (cabut gigi, sirkumsisi-sunat)
- Riwayat keluarga dengan perdarahan,
epistaksis berulang, menstruasi berlebihan
- Penggunaan obat-obatan, contoh obat semprot
hidung, obat-obatan hidung, NSAIDS (non steroidal anti inflammatory drugs)
Pada anak-anak umumnya
terjadi epistaksis anterior karena itu dibahas tatalaksana mengenai epistaksis
anterior.
TATALAKSANA
Prinsip
dari penatalaksanaan epistaksis yang pertama adalah menjaga ABC
- A : airway : pastikan jalan napas tidak tersumbat/bebas, posisikan duduk
menunduk
- B : breathing: pastikan proses bernapas dapat berlangsung, batukkan atau
keluarkan darah yang mengalir ke belakang tenggorokan
- C : circulation : pastikan proses perdarahan tidak mengganggu sirkulasi
darah tubuh, pastikan pasang jalur infus intravena (infus) apabila terdapat
gangguan sirkulasi
- posisikan pasien dengan duduk menunduk
untuk mencegah darah menumpuk di daerah faring posterior sehingga mencegah
penyumbatan jalan napas
- hentikan perdarahan
- tekan pada bagian depan
hidung selama 10 menit
- tekan hidung
antara ibu jari dan jari telunjuk
- jika perdarahan berhenti
tetap tenang dan coba cari tahu apa faktor pencetus epistaksis dan
hindari
- jika perdarahan berlanjut :
- dapat akibat
penekanan yang kurang kuat
- bawa ke
fasilitas yang lengkap dimana dapat diidentifikasi lokasi perdarahan
- dapat diberikan
vasokonstriktor (adrenalin 1:10.000, oxymetazolin-semprot hidung) ke
daerah perdarahan
- apabila masih
belum teratasi dapat dilakukan kauterisasi elektrik/kimia (perak nitrat)
atau pemasangan tampon hidung
Pemasangan
tampon hidung anterior dilakukan dapat menggunakan kapas yang ditetesi oleh
obat-obatan vasokonstriktor (adrenalin), anastesia (lidocain atau pantocain 2%)
dan salap antibiotik/vaselin atau menggunakan kassa yang ditetesi dengan obat
vasokonstriktor dan anastesia dan salap antibiotik/vaselin.
Apabila
terdapat keadaan dimana terjadi tampat perdarahan yang multipel, perembesan
darah yang luas/difus maka diperlukan pemeriksaan profil darah tepi lengkap,
protrombin time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT), golongan
darah dan crossmatching.
PENCEGAHAN
Tidak melakukan nose blowing dan nose
picking selama satu pekan apabila terpasang tampon hidung jangan lupa untuk
kontrol dalam waktu 48 jam berikutnya untuk pelepasan tampon hidung dan
tatalaksana selanjutnya.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul :
- sinusitis
- septal hematom (bekuan
darah pada sekat hidung)
- deformitas (kelainan bentuk) hidung
- aspirasi (masuknya
cairan ke saluran napas bawah)
- kerusakan jaringan hidung
- infeksi
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.wartamedika.com/mimisan-atau-epistaksis.html