Selamat datang teman, Kami harap bisa menikmati blog kami. Happy blogging ! .
Cek kembali jika kami sudah selesai dengan ini...
Silahkan Mengisi buku tamu untuk sekedar meninggalkan Jejak.. :)
Peluang bisnis anda

SPACE IKLAN

Space buat promosi halaman atau produk anda, minat hubungi kami..

Selengkapnya...
Title

Ibu Rumah Tangga yang Sukses

Selain Mahasiswa banyak juga loh ibu rumah tangga yang berhasil dengan mengikuti tips bisnis dari mba Dini Santi. Pasti senang bisa bantu ekonomi keluarga. Tetapi perjuangan Mba Dian ini ngga mudah awal-awalnya tp sekarang beliau sudah sukses dan bisa menghabiskan waktu bersama keluarga.

Yuk lihat cerita sukses lainnya
Title

Tentang Akper IV

Angkatan yang mempunyai Seribu Satu Kisah Sedih, Senang, Susah bersama, saat dimana bisa menangis bersama, saat dimana bisa tersenyum bersama. Mempunyai motto kita selalu beda.

Read More
sukses dan sehat

Blog ini Penggemar Berat DBC-Network

Jelas banget dbc-network udah mengubah hidup saya, jadi melek IT, Dulu muncul pertanyaan gini "Waktu habis untuk ngantor? meeting? Capek di jalan? Tidak punya modal?" Bersama Oriflame di d’BC Network, Anda bisa mulai membangun bisnis dengan segala keterbatasan diatas! TAPI jangan dulu percaya kalo belum membaca kisah suksesnya yah

Kisah Sukses Lainnya

Cerebro Vasculer Accident

Cerebro Vasculer AccidentCerebro Vasculer Accident merupakan penyakit system saraf yang paling sering dijumpai dan merupakan peringkat ke-3 penyebab kematian di USA. Kira-kira 200.000 kematian dan 200.000 orang dengan gejala sisa akibat stroke pada setiap tingkat umur, tapi yang paling sering pada usia 75 – 85 Tahun. Pada bagian ini terminologi CVA akan dipakai sebagai istilah umum. Bayak ahli saraf dan bedah saraf cenderung kepada penyebab CVA : Trombosis, emboli hemmoragic. Pelayanan medis dan pelayanan keperawatan berbeda tergantung kepada penyebab yang spesifik. Stroke adalah terminology lain bila merujuk CVA. Stroke klinis merujuk kepada perkembangan neurology defisit yang mendadak dan dramatis. CVA dapat didahului oleh banyak faktor pencetus dan seringkali berhubungan dengan penyakit kronis yang menyebabakan masalah penyakit vascular, termasuk sakit jantung, hipertensi, DM, Obesitas, Kolesterol, merokok, stress, cara hidup.

2. Anatomi dan Fisiologi
a. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gr dan tersusun oleh lebih kurang 100 triliun neuron. Otak terdiri dari 4 bagian besar yaitu : Cerebrum (otak besar), Cerebelum (otak kecil), Brain Steam (Batang otak) dan Dien Cepalon.
Cerebrum terdiri 2 hemisfer cerebri, korpus colosum dan corteks cerebri. Himisfer cerebri terdiri lobus frontalis, termasuk area motorik untuk gerakan volunteer, lobus parietal berperan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik, lobus temporalis adalah sensori untuk impuls pendengaran, oksipitalis mengandung korteks penglihatan primer.
Cerebelum terletak di fossa cranii posterior dan ditutupi oleh durameter. Fungsi utamanya adalah pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan.
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas yaitu : Medulla oblongata, pons, dan main cefalon (otak tengah). Medulla oblongata merupakan pusat refleks untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, mengeluarkan air liur dan muntah.

Pons merupakan penghubung yang penting pada kortiko cerebralis yang merupakan bagian pendek dari batang otak.
Diencefalon terbagi 4 : Talamus, sub thalamus, epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan penerima dan pengintegrasi sub cortical yang penting. Epitalamus berperan pada emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari system saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
b. Sirkulasi Darah Otak
Otak menerima 17% curah jantung dan menggunakan 20% konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme erobiknya. Otak diperdarahi 2 pasang arteri : arteri carotis interna, arteri vertebralis. Sirkulasi disebut sirkulus wilisi
Arteri carotis interna dan eksterna bercabang dari arteri carotis comunis. Arteri Carotis interna masuk dalam tengkorak dan bercabang kira-kira kiasma optikum, menjadi arteri cerebri anterior dan media. Arteri cerebri anterior mensuplai darah pada nucleus caudatus, putamen basal ganglion, capsula interna, korpus colosum, lobus frontalis parietalis, korteks somastatik dan korteks motorik. Arteri cerebri media mensuplai ke lobus temporalis, parietalis dan frontalis corteks cerebri.
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri sub clavia sisi yang sama. Arteri ini masuk melalui foramen magnum. Cabang-cabang arteri ini memperdarahi medulla oblongata, pons, cerebellum, otak tengah dan sebagian diencefalon. Arteri cerebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diencefalon, sebagian oksipitaslis temporalis, koklearis dan organ-organ vestibular.
Darah vena dialirkan melalui 2 sistem : kelompok vena interna, mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus rektus, vena eksterna yang terletak di permukaan himesfer otak mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus basalis lateralis seterusnya ke vena-vena jugularis dicurahkan ke jantung.

3. Penyebab CVA
a. Trombosis
Trombosis merupakan penyebab paling umum dari CVA, yang paling sering adalah aterosklerosis. Penyakit tambahan seringkali dijumpai pada trombosis : hipotensi, dan tipe lain dari cedera vaskuler. CVA trombosis ini sering pada usia 60 – 90 tahun. Timbul pada pembuluh darah besar dengan kerusakan dinding pembuluh darah pada tempat sumbatan.
Serangan gejala ini sering datang pada waktu tidur atau mulai bangun, diduga ada hubungan dengan pernyataan bahwa aktivitas simpatis pada orang tua menurun dan tidur telentang merendahkan tekanan darah yang menyebabkan iskemia otak. Tanda-tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.

b. Emboli Cerebral
Emboli cerebral merupakan penyebab kedua paling sering. Pasien CVA sekunder dari emboli biasanya lebih muda, seringkali emboli bersumber dari thrombus di jantung. Trombus miokardial yang paling sering akibat penyakit jantung rematik yang disertai mitral stenosis dan atrial fibrilasi. Biasanya mengenai pembuluh darah kecil, paling sering terjadi pada arteri cerebral tengah.

c. Transient Ischemia Attack (TIA)
Terminologi ini ialah transient iskemia dengan episod temporer disfungsi neurologi. Disfungsi neurologi bisa sangat parah disertai tidak sadar sama sekali dan hilang fungsi sensorik serta fungsi motorik atau mungkin hanya defisit dari focus. Paling sering ialah : kelemahan kolateral dari muka, tangan, lengan dan kaki, transient disfasia dan sebagian sensori. Serangan iskemia bisa terjadi sehari, seminggu, sebulan . Diantara serangan pemeriksaan neurology normal. TIA sering mendahului serangan trombosis. Juga bisa oleh salah satu penyebab CVA.

4. Faktor-faktor resiko stroke :

 Hipertensi merupakan faktor resiko utama. Pengendalian hipertensi adalah kunci utama untuk mencegah stroke.
 Penyakit kardiovaskuler-embolisme serebri berasal dari jantung :
- penyakit arteri koronaria
- gagal jantung konggestif
- hipertrofi ventrikel kiri
- Abnormalitas irama (khususnya vibrilasi atrium)
 Kolesterol tinggi
 Obesitas
 Peningkatan hematokrit meningkatnya resiko infark serebri
 Diabetes
 Merokok
 Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)

5. Klasifikasi stroke dibedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :
 TIA. Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
 STROKE INVOLUSI. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
 STROKE KOMPLET. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya struk komplet dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

6. Patofisiologi
Otak sangat tergantung oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Bila terjadi anoksia seperti halnya pada CVA, metabolisme di otak segera mengalami perubahan. Kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam 3 – 10 menit. Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi otak akan menimbulkan hipoksia atau anoksia. Hipoksia sampai iskemia otak, iskemia dalam waktu singkat (kurang dari 10 – 15 menit) menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen. Iskemia dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat terjadi infark otak yang disertai edem otak. Tipe defisit fokal permanen akan tergantung kepada daerah otak yang mana terkena. Daerah otak tergantung kepada pembuluh darah otak yang mana terkena. Yang paling sering terkena arteri cerebral tengah, defisit fokal permanen dapat tidak diketahui jika pertama kali pasien dijumpai iskemia otak keseluruhan yang bisa teratasi.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri]
3. Pungsi Lumbal - menunjukan adanya tekanan normal - tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal (DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
8. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
9. Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan :
1. dalam hal imobilisasi : infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan tromboflebitis.
2. dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas, dan terjatuh.
3. dalam hal kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala
4. hidrosefalus

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan. (Lismidar, 1990)
a. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges et al, 1998)

1.1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
1.2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)

1.3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)

1.4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)

1.5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)

1.6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.(Harsono, 1996)

1.7) Pola-pola fungsi kesehatan
a)Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j)Pola penanggulangan stress

Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. (Marilynn E. Doenges, 2000)

1.8) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
(1) Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
(2) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
(3) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b) Pemeriksaan integumen
(1) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu (2) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
(3) Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c) Pemeriksaan kepala dan leher

(1) Kepala : bentuk normocephalik
(2) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
(3) Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

d) Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

e) Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.

f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

g) Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h) Pemeriksaan neurologi

(1) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
(2) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
(3) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
(4) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999)

1.9) Pemeriksaan penunjang
a)Pemeriksaan radiologi (1) CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993)
(2) MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000)
(3) Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998)
(4) Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke. (Jusuf Misbach, 1999)

b) Pemeriksaan laboratorium
(1) Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998)
(2) Pemeriksaan darah rutin
(3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999)
(4) Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)

2. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. (Nasrul Effendy, 1995)

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi (potensial) di mana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang
perawat. (Nasrul Effendy, 1995)

Adapun diagnosa yang mungkin muncul adalah :
1) Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2000)
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia (Donna D. Ignativicius, 1995)
3) Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan (Marilynn E. Doenges, 2000)
4) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak (Donna D. Ignativicius, 1995)
5) Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)
6) Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan ( Barbara Engram, 1998)

4. Perencanaan

Rencana asuhan keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan pelaksanaan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.

Rencana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan klien secara optimal agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terjalin suatu kerjasama yang saling membantu dalam proses pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. (Nasrul Effendy, 1995)

Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
a. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral
1) Tujuan :
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal

2) Kriteria hasil :
- Klien tidak gelisah
- Tidak ada keluhan nyeri kepala
- GCS 456
- Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)

3) Rencana tindakan
a) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya
b) Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
c) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua jam
d) Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal tipis)
e) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
f) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
g) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor

11
4) Rasional
a) Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
b) Untuk mencegah perdarahan ulang
c) Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat
d) Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
e) Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang
f) Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya
g) Memperbaiki sel yang masih viabel



Untuk lebih lengkap silahkan hubungi saya.. sy bisa langsung kirim filenya gratis..!!!
mau nulis di sini tapi kepanjangan