Serangan asma adalah suatu episode dimana gejala-gejala berupa batuk, sesak
nafas, mengi, rasa dada
tertekan, atau berbagai kombinasinya memburuk secara progresif akut. Serangan
asma umumnya
timbul karena adanya pajanan terhadap faktor pencetus, gagalnya
upaya pencegahan, atau gagalnya
tatalaksana asma jangka panjang.
Serangan asma dapat timbul dalam berbagai
derajat dari yang ringan sampai berat yang dapat
mengancam jiwa. Serangan asma yang akut merupakan suatu kegawatan medis yang
lazim dijumpai di
ruang gawat darurat.
Serangan asma tersebut sebenarnya dapat dicegah atau paling tidak dikurangi
melalui pengenalan dini
dan terapi intensif. Sayangnya, kedua hal tersebut
dalam hal penatalaksanaan asma anak masih banyak
kekurangan yang terjadi.
Menurut buku Pedoman Nasional Asma Anak UKK
Pulmonologi IDAI 2002, penyakit asma dibagai
dalam 3 kelompok berdasarkan frekuensi serangan dan kebutuhan obat, yaitu
asma ringan, sedang, dan
berat. Selain klasifikasi derajat penyakit asma di
atas, asma juga dapat dinilai berdasarkan derajat
serangannya, yaitu serangan ringan, sedang, dan berat. Jadi perlu dibedakan
antara derajat penyakit
asma (aspek kronik) dengan derajat serangan asma
(aspek akut). Seorang penderita asma berat
(persisten) dapat mengalami serangan ringan saja. Sebaliknya seorang
penderita asma ringan
(episodik/jarang) dapat mengalami serngan asma berat,
atau bahkan serangan ancaman henti nafas
yang dapat mengakibatkan kematian. Terapi yang diberikan bergantung pada
beratnya derajat
serangan asma.
Tatalaksana serangan asma dilakukan dengan tujuan untuk meredakan penyempitan
jalan nafas
secepat mungkin, mengurangi hipoksemia, mengembalikan fungsi
paru ke keadaan normal secepatnya,
dan merenacanakan tatalaksana mencegah kekambuhan.
Tatalaksana Serangan
1. Tatalaksana di rumah
Untuk serangan ringan dapat digunakan obat oral
golongan beta 2 agonis atau teofilin. Bila
tersedia, lebih baik digunakan obat inhalasi karena onsetnya lebih cepat dan
efek samping
sistemiknya minimal. Obat golongan beta 2 agonis inhalasi yang
dapat digunakan yaitu MDI
dengan atau tanpa spacer atau nebulizer.
Bila dalam waktu 30 menit setelah
inhalasi tidak ada perbaikan atau bahkan terjadi perburukan
harus segera dibawa ke rumah sakit.
2. Tatalaksana di klinik
Penderita yang datang dalam keadaan serangan langsung dinilai derajat
serangannya.
Tatalaksana awal adalah pemberian beta agonis secara
nebulisasi. Garam fisiologis dapat
ditambahkan dalam cairan nebulisasi. Nebulisasi serupa dapat diulang dengan
selang 20 menit.
Pada pemberian ketiga dapat ditambahkan obat
antikolinergik. Tatalaksana awal ini sekaligus
berfungsi sebagai penapis yaitu untuk penentuan derajat serangan, karena
penilaian derajat
secara klinis tidak selalu dapat dilakukan dengan cepat
dan jelas.
Jika menurut penilaian awal penderita datang dengan serangan berat yang
jelas, langsung
berikan nebulisasi beta agonis dikombinasikan dengan
antikolinergik. Penderita serangan berat
dengan disertai dehidrasi dan asodosis metabolik dapat mengalami takifilaksis
atau respons
yang kurang terhadap nebulisasi beta agonis. Penderita seperti
ini cukup sekali dinebulisasi
kemudian secepatnya dirawat untuk mendapat obat intravena selain diatasi
masalah dehidrasi
dan asidosisnya.
Sedangkan bila dengan sekali nebulisasi penderita menunjukkan respons yang
baik, berati
serangannya ringan. Penderita diobservasi selama 2 jam, jika
respons tersebut bertahan,
penderita dapat dipulangkan. Penderita dapat diresepkan obat beta agonis,
baik hirup maupun
oral, yang diberikan tiap 4 sampai 6 jam. Jika pencetus
serngannya adalah infeksi virus, dapat
ditambahkan steroid oral jangka pendek, 3 sampai 5 hari. Penderita kemudian
dianjurkan untuk
kontrol dalam waktu 24 sampai 48 jam untuk reevaluasi
tatalaksananya. Selain itu jika sebelum
serngan penderita sudah mendapat obat pengendali, obat tersebut diteruskan
hingga reevaluasi
di klinik. Namun jika setelah observasi 2 jam gejala
timbul kembal, penderita harus segera
dibawa ke rumah sakit.
Panduan ini disusun berdasarkan beberapa bahan yang
dimodifikasi, disesuaikan dengan keadaan
setempat dan fasilitas yang tersedia.