Dr Sukman Tulus Putra - detikHealth
Jakarta, Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran, anak-anak penderita Penyakit jantung bawaan (PJB) tidak perlu lagi harus dioperasi atau bedah. Tindakan intervensi non-bedah telah banyak dilakukan banyak pusat-pusat jantung anak, termasuk di Indonesia.
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan masalah yang cukup menonjol dalam bidang kesehatan anak. Satu dari 100 bayi yang lahir menderita PJB, mulai dari jenis yang ringan sampai yang berat atau kompleks. Dengan jumlah kelahiran bayi sekitar 4,5 juta per tahun saat ini, maka di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari 45.000 bayi baru lahir akan menyandang penyakit jantung bawaan.
PJB memberikan kontribusi yang penting terhadap tingginya angka kematian bayi di suatu negara, termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sekitar 30 persen bayi atau anak yang menderita PJB harus mengalami tindakan koreksi berupa operasi atau tindakan intervensi pada waktu yang optimal, agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Meskipun sampai saat ini disepakati bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan PJB dan penelitiannya pun masih terus dilakukan, namun perkembangan pengobatan PJB pada anak sudah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Perkembangan yang paling signifikan saat ini adalah tindakan intervensi non-bedah yang telah banyak dilakukan di banyak pusat-pusat jantung anak, termasuk di Indonesia.
Tanpa Operasi atau Tanpa Bedah
Anak-anak penyandang PJB sebagian besar harus mengalami tindakan operasi yang tentu saja mempunyai risiko tidak kecil. Selain sangat menimbulkan kekhawatiran pada orangtua dan keluarga, tindakan orperasi jantung terbukan (dengan by-pass) pada anak memerlukan berbagai fasilitas yang memadai mulai dari ruang operasi, perawatan intensif (ICU), serta tenaga profesional terdidik dan terlatih, seperti ahli bedah jantung, anestesi, perfusionis, dan perawatan terlatih. Di samping itu, pasien anak juga memerlukan perawatan lebih lama dibanding pasien dewasa. Tambahan lagi, tindakan operasi akan meninggalkan bekas luka bedah di sekitar dada atau dinding dada.
Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang kedokteran, khususnya dalam bidang intervensi kardiologi anak (interventional pediatric cardiology), sebagian anak-anak penderita PJB tidak perlu lagi mengalami operasi atau pembedahan. Beberapa PJB yang sering ditemukan, seperti PDA (patent ductus arteriosus), ASD (atrial septal defects), dan VSD (ventricular septal defects) dapat dikoreksi dengan menggunakan 'perangkat' berupa Coils atau Amplatzer Occluder.
Intervensi untuk PJB
Beberapa PJB dapat dikoreksi dengan Amplatzer Occluder, antara lain:
PDA (Patent Ductus Arteriosus)
PDA adalah kelainan pada saluran yang menghubungkan antara pembuluh darah yang ada di jantung (aorta dan arteri pulmonalis). PDA menempati 5-19 persen porsi kasus PJB yang ada dan lebih sering ditemukan pada anak perempuan.
Saat ini pengobatan PDA dengan prosedur intervensi (transcatheter closure) sudah merupakan metode terpilih sejak dekade terakhir. Kecuali bila ukuran PDA tidak sesuai, misalnya terlalu besar atau terjadi pada bayi-bayi kecil, termasuk bayi baru lahir.
PDA memerlukan penutupan untuk menghindari terjadinya gagal jantung. Penutupan dilakukan dengan menggunakan perangkat (Coils dan Amplatzer Duct Onccluder) melalui prosedur seperti kateterisasi jantung biasa. Banyak studi yang dilakakukan di pusat-pusat pelayanan jantung diseluruh dunia menunjukkan bahwa prosedur penutupan PDA tanpa operasi ini sangat efektif dengan tingkat keberhasilan sampai 99%.
ASD (Atrial Septal Defects)
ASD sekitar 19% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Sering kali tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi bila sudah parah anak akan menunjukkan gejala sesak napas, cepat lelah dan exercise intolerance (kemampuan beraktivitas) menurun. Dulu, ASD harus dikoreksi dengan tindakan bedah menggunakan prosedur operasi terbuka (open heart surgery), dengan mesin paru-jantung, yang tentu saja mempunyai risiko yang tidak kecil.
Kini, teknik penutupan ASD tanpa operasi dengan menggunakan perangkat (transcatheter closure) merupakan salah satu pilihan yang sudah banyak dikerjakan di seluruh dunia dengan hasil yang sangat memuaskan. Penutupan ASD dengan menggunakan Amplatzer Septal Occluder (ASO) telah banyak dilaporkan menunjukkan efektivitas yang tinggi dan aman.
VSD (Ventricular Septal Defects)
Merupakan jenis PJB yang paling sering ditemukan pada anak dengan persentasi sekitar 20%-25%. VSD dapat menimbulkan peningkatan aliran darah menuju paru-paru sehingga dapat menyebabkan timbulnya gagal jantung. Penutupan VSD dengan prosedur intervensi menggunakan Amplatzer Ventricle Occluder (AVO) merupakan suatu alternatif pengobatan tanpa operasi.
Penutupan VSD dengan menggunakan AVO cukup efektif dan aman, namun perlu diwaspadai terjadinya komplikasi yang berupa terhambatnya aliran pembuluh darah secara total pada atrioventricular (AV block). Komplikasi ini dapat terjadi akibat pemasangan perangkat AVO dengan ukuran yang lebih besar daripada ukuran defeknya (kelainannya).
Penulis:
Dr. Sukman Tulus Putra, SpA (K) FACC, FESC
Tim Dokter Spesialis Jantung Anak Eka Hospital BSD Tangerang
(ir/ir)