Sindrom nefrotik adalah status klinis
yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap
protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinalis yang massif.
2.
Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Umumnya
dibagi menjadi :
a.
Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau
karena reaksi fetomaternal.
b.
Sindrom nefrotik sekunder
Terjadi setelah berkumpulnya
kerusakan-kerusakan pada glomerulus. Penyebab tersering dari kerusakan
glomerulonefritis akut, glomerulonefritis kronik.
3.
Insiden
-
Insiden lebih tinggi pada laki-laki
dari pada perempuan.
-
Mortalitas dan prognosis anak dengan
sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal,
usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya terhadap pengobatan.
-
Sindrom nefrotik jarang menyerang anak
dibawah usia 1 tahun.
4.
Patofisiologi
a.
Meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian
akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia.
Dengan menurunya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan
intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut
menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah
aliran darah ke renal karena hipovelemi.
b.
Menurunya aliran darah ke renal, ginjal
akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin-agiotensin dan
peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldostroid yang
kemudian terjadi retensi natrium dan air. Dengan adanya retensi natrium dan air
akan menyebabkan terjadinya edema.
c.
Terjadi peningkatan kolesterol dan
trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein
karena penurunan plasma albumin dan
penurunan tekanan osmotik plasma.
4
d.
Adanya hiperlipidemia juga akibat dari
meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi
hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin.
5.
Manifestasi klinik
Gejala yang ditemukan adalah :
§ Pembengkakan pada wajah, terutama disekitar mata
§ Edama anasarka
§ Asites
§ Diare, nafsu
makan menurun, absorpsi usus menurun
edema pada mukosa usus
§ Volume urine menurun, kadang-kadang berwarna pekat dan berbusa
§ Kulit pucat
§ Anak menjadi mudah lelah/letargi
§ Celulitis, pneumonia, peritonitis atau adanya sepsis
§ TD biasanya normal/ naik sedikit
6.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dilakukan pemeriksaan urine dan darah untuk memastikan
proteinuria, proteinemia, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia. Diperiksa fungsi
ginjal dan hematuria, biasanya ditemukan penurunan kalsium plasma. Diagnosis
pasti melalui biopsi ginjal.
7.
Penatalaksanaan
·
Tentukan penyebabnya (biopsi ginjal
pada seluruh orang dewasa)
·
Penatalaksanaan edema
Dianjurkan untuk tirah baring dan
memakai stocking yang menekan,
terutama untuk pasien lanjut usia. Hati-hati dalam pemberian diuretik, karena
adanya proteinuria berat dapat menyebabkan gagal ginjal atau hipovolemik. Harus
diperhatikan dan dicatat keseimbangan cairan pasien, biasanya diusahakan
penurunan berat badan dan cairan 0,5-1kg/hari. Dilakukan pengawasan terhadap
kalium plasma, natrium plasma, kreatinin, dan ureum. Diuretik yang biasanya
diberikan adalah diuretik ringan, seperti tiazid atau furosemid dosis rendah,
dosisnya dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan. Garam dalam diet dan cairan
dibatasi bila perlu. Pemberian albumin iv hanya diperlukan pada kasus-kasus
refakter, terutama bila terjadi kekurangan volume intravaskular atau oliguria.
·
Memperbaiki nutrisi
Dianjurkan pembarian makanan tinggi
kalori dan rendah garam. Manfaat diet tinggi protein tidak jelas dan mungkin
tidak sesuai karena adanya gagal ginjal, biasanya cukup dengan protein 50-60
g/hari datambah kehilangan dari urin.
·
Mencegah infeksi
Biasanya diberikan antibiotik
profilaksis untuk menghindari infeksi, terutama terhadap pnemukok.
5
·
Pertimbangkan obat antikoagulasi
Dilakukan pada pasien dengan sindrom
nefrotik berat, kecuali bila terdapat kontraindikasi. Terapi (biasanya
warfarin) dipertahankan sampai penyakitnya sembuh.
·
Penatalaksanaan penyebabnya
Pada orang dewasa, tidak perlu seperti
anak-anak dimana dilakukan terapi steroid sebagai bagian dari penegakan
diagnosis, kelainan minimal hanya menjadi penyebab pada 10-20% kasus. Terapi
disesuaikan dengan diagnosis dan penyebab yang mendasarinya.
A.
Kosep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah,
identifikasi/analisa masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi
dan evaliasi yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan
ketrampilan profesional tenaga keperawatan (Hidayat,2004)
1.
Pengkajian
Pengkajian yang perlu dilakukan pada
kliendengan sidrom nefrotik (Donna L. Wong,220 :550) sebagai berikut :
a.
Lakukan pengkajian fisik termasuk
pengkajian luasnya edema
b.
Dapatkan riwayat kesehatan dengan
cermat, terutama yang berhubungan dengan penambahan barat badan saat ini,
disfungsi ginjal.
c.
Observasi adanya manifestasi sindrom
nefrotik :
-
Edema
-
Wajah sebab
§ Khusus di sekitar mata
§ Timbul pada saat bangun pagi
§ Berkurang di siang hari
-
Pembengkakan abdomen (asites)
-
Kesulitan pernapasan (efusi pleura)
-
Edema mukosa usus yang menyebabkan :
§ Diare
§ Anoreksia
§ Absorbsi usus buruk
-
Peka rangsangan
-
Mudah lelah
-
Letargi
-
Tekanan darah normal
-
Kerentagan terhadap infeksi
-
Perubahan urin :
§ Penurunan volume
§ Gelap dan berbau
§ Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya analisa urine akan
adanya protein, dan sel darah merah; analisa darah untuk
6
protein serum (total, perbandingan
albumin/globulin, kolesterol), jumlah darah merah, natrium serum.
1.
Penyimpanan kebutuhan dasar manusia
KERUSAKAN GLOMERULUS PADA GINJAL
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Proteinuria
|
|
( massive )
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Peningkatan Sintesis
|
|
|
|
|
|
hipoalbuminemia
|
|
Protein & Lemak Pada Hati
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Hypovolemia
|
Penurunan
Tekanan Onkotik plasma
|
Hyperlipidemia
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penurunan
Aliran Darah Ke Ginjal
|
|
|
Peningkatan
Sekresi ADH dan aldosteron
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelepasan Renin-angiotensin
|
|
Reabsorpsi Na dan Air
|
Edemaa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Vasokontriksi
|
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Diagnosa
keperawatan
a.
Gangguan volume cairan : lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan akumulasi cairan pada jaringan tubuh.
Tujuan : 1. Gejala akumulasi cairan tidak terjadi
Kriteria. hasil : Tidak ada edema
Intervensi :
1.
Kaji intake dan
output cairan
Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
2.
Timbang berat
badan setiap hari
Rasional : untuk mengkaji adanya retensi
3.
Kaji perubahan
edema :
§ Ukur lingkar lingkar abdomen
Rasional : untuk mengkaji adanya acites
§ Memonitor edema di sekitar mata dan daerah edema lainnya
§ Catat adanya pitting jika ada
§ Catat warna dan texture dari kulit
4.
Pantau infus
intra vena
Rasional : Untuk mempertahankan masukan yang diresepkan
5.
Berikan
kortikosteroid sesuai ketentuan
Rasional : Untuk mengurangi ekskresi protein dalam urine
8
6.
Kolaborasi
pemberian diuretik jika di instruksikan
Rasional : Untuk mengurangi edema
Tujuan : 2. Anak akan menerima cairan
yang sesuai
Kriteria. hasil : Tidak menunjukkan
gejala kelebihan cairan
Intervensi :
1.
Berikan cairan
dengan hati-hati
Rasional : Agar anak tidak menerima cairan berlebihan
2.
Monitor infus
intra vena
Rasional : Mempertahankan intake
3.
Gunakan strategi
untuk mencegah kelebihan intake
§ Gunakan botol kecil untuk intake cairan
Rasional : volume cairan ≠ melebihi batas
§ Semprot mulut dengan pendingin
Rasional : Mencegah feeling anak terhadap kekeringan
4.
Pertahankan
bibir basah dengan memberikan minyak/madu
Rasional : memberikan kenyamanan dan mencegah bibir pecah-pecah
b.
Resiko tinggi devisit volume cairan (intravaskular)
berhubungan dengan kehilangan cairan, protein, & edema
Tujuan : 1. Klien tidak menunjukkan
kehilangan cairan intravaskuler atau shock
hipovelemik
9
Kriteria. hasil : Tanda-tanda shock hipovelemik tidak ada
Intervensi :
1.
Monitor tanda-tanda
vital
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda fisik dari penurunan cairan
2.
Kaji kualitas
dan frekuensi nadi
Rasional : Untuk mengetahui tanda shock hipovelemik
3.
Ukur tekanan
darah
Rasional : Untuk mendeteksi shock hipovelemik
4.
Laporkan jika
adanya penyimpangan dari normal
Rasional : mempercepat tindakan perawatan
c.
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang
menurun, cairan overload
Tujuan : 1. Tidak menunjukkan adanya bukti infeksi
Kriteria. hasil : Tanda-tanda infeksi tidak ada
Anak dan keluarga akan menggunakan kegiatan-kegiatan yang
meningkatkan kesehatan
Intervensi :
1.
Lindungi anak
dari orang yang terkena infeksi
Rasional : Untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
2.
Gunakan teknik
mencuci tangan yang baik
Rasional : Untuk memutus mata rantai penyebaran infeksi
10
3.
Jaga agar anak
tetap hangat dan kering
Rasional : karena kerentangan terhadap infeksi pernapasan
4.
Monitor suhu
Rasional : Deteksi awal dari infeksi
5.
Ajari orang tua
tentang tanda dan gejala infeksi
Rasional : Memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan gejala infeksi
d.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan edema, penurunan pertahanan tubuh.
Tujuan : 1. Kulit anak tidak menunjukkan adanya kerusakan integritas :kemerahan atau
irritasi.
Intervensi :
1.
Berikan
perawatan kulit
Rasional : memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit
2.
Bersihkan dan
bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari
Rasional : Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan alat
tenun
3.
Ubah posisi
dengan sering ;pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik
Rasional : karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan diam saja
11
4.
Gunakan
penghilang tekanan atau matras tempat tidur penurun tekanan sesuai kebutuhan
Rasional : untuk mencegah terjadinya ulkus
e.
Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
Tujuan : 1. Klien mendapatkan nutrisi yang optimal
Intervensi :
1.
Beri diet yang
bergizi
Rasional : Membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya tahan tubuh anak
2.
Batasi natrium
selama edema dan terapi kortokosteroid
Rasional : asupan natrium dapat memperberat edema dan usus yang menyebabkan
hilangnya nafsu makan anak
3.
Beri lingkungan
yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan
Rasional : Agar anak lebih mungkin untuk makan
4.
Beri makan
special dan disukai anak
Rasional : Untuk mendorong agar anak mau
makan
5.
Beri makanan
dengan cara menarik
Rasional : Untuk merangsang nafsu makan anak
12
f.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan
Tujuan : 1. Agar dapat mengekspresikan perasaan dan masalah dengan mengikuti aktivitas
yang sesuai dengan minat dan kemapuan anak.
Intervensi :
1.
Gali masalah
dan perasaan mengenai penampilan
Rasional : untuk memudahkan koping
2.
Tunjukkan aspek
positif dari penampilan dann bukti penurunan edema
Rasional : meningkatkan harga diri klien dan mendorong penerimaan terhadap
kondisinya
3.
Dorong
sosialisasi dengan individu tanpa infeksi aktif
Rasional : agar anak tidak merasa sendiri dan terisolasi
4.
Beri umpan
balik positif
Rasional : agar anak merasa diterima
g.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : 1. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dan mendapatkan
istirahat dan tidur yang adekuat
Intervensi :
1.
Pertahankan
tirah baring awal bila terjadi edema hebat
Rasional : tirah baring yang sesuai gaya gravitasi dapat menurunkan edema
13
2.
Rencanakan dan
berikan aktivitas tenang
Rasional : aktivitas yang tenang mengurangi penggunaan energi yang dapat menyebabkan
kelelahan
3.
Instruksikan
istirahat bila anak mulai merasa lelah
Rasional : mengadekuatkan fase istirahat anak
4.
Berikan periode
istirahat tanpa gangguan
Rasional : anak dapat menikmati masa istirahatnya
h.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang
menderita penyakit serius
Tujuan : 1. Pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat
Intervensi :
1.
Kenali masalah
keluarga dan kebutuhan akan informasi, dukungan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan yang dibutuhkan keluarga
2.
Kaji pemahaman
keluarga tentang diagnosa dan rencana perawatan
Rasional : keluarga akan beradaptasi terhadap segala tindakan keperawatan yang
dilakukan
3.
Tekankan dan
jelaskan profesional kesehatan tentang kondisi anak, prosedur dan terapi yang
dianjurkan, serta prognosanya
Rasional : agar keluarga juga mengetahui masalah kesehatan anaknya
4.
Ulangi
informasi sesering mungkin
Rasional : untuk memfasilitasi pemehaman