Selamat datang teman, Kami harap bisa menikmati blog kami. Happy blogging ! .
Cek kembali jika kami sudah selesai dengan ini...
Silahkan Mengisi buku tamu untuk sekedar meninggalkan Jejak.. :)
Peluang bisnis anda

SPACE IKLAN

Space buat promosi halaman atau produk anda, minat hubungi kami..

Selengkapnya...
Title

Ibu Rumah Tangga yang Sukses

Selain Mahasiswa banyak juga loh ibu rumah tangga yang berhasil dengan mengikuti tips bisnis dari mba Dini Santi. Pasti senang bisa bantu ekonomi keluarga. Tetapi perjuangan Mba Dian ini ngga mudah awal-awalnya tp sekarang beliau sudah sukses dan bisa menghabiskan waktu bersama keluarga.

Yuk lihat cerita sukses lainnya
Title

Tentang Akper IV

Angkatan yang mempunyai Seribu Satu Kisah Sedih, Senang, Susah bersama, saat dimana bisa menangis bersama, saat dimana bisa tersenyum bersama. Mempunyai motto kita selalu beda.

Read More
sukses dan sehat

Blog ini Penggemar Berat DBC-Network

Jelas banget dbc-network udah mengubah hidup saya, jadi melek IT, Dulu muncul pertanyaan gini "Waktu habis untuk ngantor? meeting? Capek di jalan? Tidak punya modal?" Bersama Oriflame di d’BC Network, Anda bisa mulai membangun bisnis dengan segala keterbatasan diatas! TAPI jangan dulu percaya kalo belum membaca kisah suksesnya yah

Kisah Sukses Lainnya

Askep / Makalah Tetanus


2.1  PENGERTIAN

Membuat Toko online sekarang jadi gampanng loh, yuk lihat reviewnya disini
Sekalian ada reverensi Bisnis yang halal loh
Tetanus adalah (rahang terkunci/lockjaw) penyakit akut, paralitik spastic yang disebabkan oleh tetanospasmin, neurotoksin, yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani.( Ilmu Kesehatan Anak, 2000 oleh Richard E. Behrman, dkk, hal 1004 )
Tetanus adalah manifestasi sistemik yang di sebabkan oleh absorbs eksotoksin sangat kuat yang dilepaskan oleh Clostridium Tetani pada masa pertumbuhan aktif dalam tubuh manusia.( Buku Kuliah Ilmu kesehatan Anak, 1985 oleh bagian kesehatan anak fakultas kedokteran univeersitas Indonesia, hal 568 )
Tetanus adalah gangguan neorologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani.( Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, 2007 oleh fakultas Kedokteran Universitas Indonesia )
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekuatan tonus otot massater dan otot-otot rangka. ( http: //ratihrochmat .wordpress.com/2008/06/27/tetanus/, Juni 27, 2008 oleh Ratih Rochmat )
Tetanus Neonatorum: penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebiih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan membuka mulut dan menetek di susul dengan kejang-kejang (WHO, 1989 )
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Tetanus adalah penyakit infeksi dan gangguan neorologis yang di akibatkan toksin protein tetoonospasmin dari kuman Clostridium Tetani, yang ditandai dengan manisfestasi klinik yang meningkatnya tonus otot dan spasme. Atau Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.


2.2  ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah Clostridium Tetani yaitu obligat anaerob pembentukan spora, gram positif, bergerak, yang tempat tinggal (habitat) alamiahnya di seluruh dunia yaitu di tanah, debu dan saluran pencernaan berbagai binatang dan berukuran 2-5 x 0,4-0,5 milimikro. Pada ujungnya ia membentuk spora, sehingga secara mikroskopis tampak seperti pukulan gendering atau raket tenis. Spora tetanus dapat bertahan hidup dalam air mendidih tetapi tidak di dalam autoklaf, tetapi sel vegetative terbunuh oleh antibiotic, panas dan desinfektan baku. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 65 C akan hancur dalam lima menit. Tidak seperti banyak klostridia, Clostridium Tetani bukan organisme yang menginvasi jaringan, malahan menyebabkan penyakit melalui toksin tunggal, tetanospasmin yang lebih sering disebut sebagai toksin tetanus. Toksi tetanus adalah bahan kedua yang paling beracun yang diketahui, hanya di unggulin kekuatannya oleh toksin batulinum. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.

2.3  PATOFISIOLOGI
Biasanya penyakit ini terjdi setelah luka tusuk yang dalam misalya luka yang disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng atau luka tembak, karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka laserasi yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat luka bakar dan patah tulang yang terbuka juga akan mengakibatkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan clostridium tetani.
Tetanus terjadi sesudah pemasukan spora yang sedang tumbuh, memperbanyak diri dan mneghasilkan toksin tetanus pada potensial oksidasi-reduksi rendah (Eh) tempat jejas yang terinfeksi. Plasmid membawa gena toksin. Toksin yang dilepas bersama sel bakteri sel vegetative yang mati dan selanjutnya lisis. Toksin tetanus (dan toksin batolinium) di gabung oleh ikatan disulfit. Toksin tetanus melekat pada sambungan neuromuscular dan kemudian diendositosis oleh saraf motoris,sesudah ia mengalami ia mengalami pengangkutan akson retrograt kesitoplasminmotoneuron-alfa. Toksin keluar motoneuron dalam medulla spinalis dan selanjutnya masuk interneuron penghambat spinal. Dimana toksi ini menghalangi pelepasan neurotransmitter . toksin tetanus dengan demikian meblokade hambatan normal otot antagonis yang merupakan dasar gerakan yang disengaja yang di koordinasi, akibatnya otot yang terkena mempertahankan kontraksi maksimalnya, system saraf otonom juga dibuat tidak stabil pada tetanus.
            Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah menjadi bentuk vegetatif dan berkembang biak sambil menghasilkan toxin. Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oxigen jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang memakan waktu sesuai dengan panjang axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel saraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sumsum belakang toksin menjalar dari sel saraf lower motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal inhibitory neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitory transmitter dan menimbulkan kekakuan. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari.

2.4  MANIFESTASI KLINIK
Tetanus biasanya terjadi setelah suatu trauma, kontaminasi luka dengan tanah, kotoran binatang atau logam berkarat dapat menyebabkan tetanus. Tetanus juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari luka bakar, ulkus gangren, luka gigitan ular yang mngalami nekrosis, infeksi telinga tengah, aborsi septik, persalinan, injeksi intramuscular, dan pembedahan.
Masa tunas biasanya 5 – 14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh anti serum. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan :
1.    Trismus ( kesukaran membuka mulut ) karena spasme otot-otot mastikatoris.
2.    Kaku kuduk sampai opistotonus ( karena ketegangan otot-otot erector trunki ).
3.    Ketegangan otot dinding perut ( harus dibedakan dengan abdomen akut ).
4.     Kejang tonik apabila dirangsang karena toksin yang terdapat di kornus anterior.
5.     Rikus sardonikus karena spasme otot muka ( alis tertarik keatas ), sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi.
6.    Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.
7.    Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan opistotonus, ekstermitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme mula-mula intermiten diselingi dengan periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai dengan rasa nyeri. Kadang-kadang di sertai perdarahan intramuscular karena kontraksi yang kuat.
8.     Asfiksia dan sianosis terjadi akobat serangan pada otot pernafasan dan laring. Retensi urin dapat terjadi karena spasme otot uretra. Fraktur kolumna vetebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9.    Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10.    Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang terjadi tekanan cairan di otak.
     Ada 3 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:
1)   tetanus local : otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme pada bagian paroksimal luak. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan menhilang tanpa sekuele.
2)   Tetanus general merupakan bentuk paling sering, timbul mendadak dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung dan sakit kepala merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat konstruksi otot somatik — meluas.
Timbul kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya spasme berlangsuang beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
3)   Tetanus segal : varian tetanus local yang jarang terjadi masa inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka.
Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX dan XI tersering adalah saraf otak VII diikuti tetanus umum.

Menurut berat gejala dapat dibedakan 3 stadium :
1.        Trismus (3 cm) tanpa kejang-lorik umum meskipun dirangsang.
2.        Trismur (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila di rangsang .
3.        Trismur (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari
b. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)
c. Kesukaran membuka mulut (trismus)
d. Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang
e. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus.

2.5  PEMERIKSAAN DIAGNOSA
§  Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang.
§  Pemeriksaan darah : leukosit 8.000-12.000 ca.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Liquor Cerebri normal
b. hitung leukosit normal atau sedikit meningkat.
c. Pemeriksaan kadar elektrolit darah terutama kalsium dan magnesium
d. Analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk dilakukan.
2. Pemeriksaan radiologi : Foto rontgen thorax setelah hari ke-5.
2.7  KOMPLIKASI
1)   Spame otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saripa) di dalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi.
2)    Asfiksia
3)   Atelektaksis karena obstruksi secret
4)   Fraktur kompresi

2.8  PENATALAKSANAAN
a)      Secara umum
ü  Merawat dan memebersihkan luka sebaik-baiknya.
ü   Diet TKTP pemberian tergantung kemampuan menelan bila trismus makanan diberi pada sonde parenteral.
ü  Isolasi pada ruang yang tenang bebas dari rangsangan luar.
ü  Oksigen pernafasan butan dan trakeotomi bila perlu.
ü  Mengatur cairan dan elektrolit.
b)       Obat-obatan
1)       Antitoksin
Antitoksin 20.000 iu/1.m/5 hari. Pemberian baru dilaksanakan setelah dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.
2)       Anti kejang/Antikonvulsan
ü  Fenobarbital (luminal) 3 x 100 mg/1.M. untuk anak diberikan mula-mula 60-100 mg/1.M lalu dilanjutkan 6 x 30 mg hari (max. 200 mg/hari).
ü  Klorpromasin 3 x 25 mg/1.M/hari untuk anak-anak mula-mula 4-6 mg/kg BB.
ü  Diazepam 0,5-1,0 mg/kg BB/1.M/4 jam, dll.
3)       Antibiotik
Penizilin prokain 1, juta 1.u/hari atau tetrasiflin 1 gr/hari/1.V
Dapat memusnakan oleh tetani tetapi tidak mempengaruhi proses neurologiknya.

2.9  PENCEGAHAN
1)      Imunisasi aktif toksoid tetanus, yang diberikan sebagai dapat paad usia 3,4 dan 5 bulan. Booster diberikan 1 tahun kemudian selanjutnya tiap 2-3 tahun.
2)      Bila mendapat luka
ü  Perawatan luka yang baik : luka tusuk harus di eksplorasi dan dicuci dengan H2O2.
ü  Pemberian ATS 1500 iu secepatnya.
ü  Tetanus toksoid sebagai boster bagi yang telah mendapat imunisasi dasar.
ü  Bila luka berta berikan pp selama 2-3 hari (50.000 iu/kg BB/hari).









BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1   PENGKAJIAAN
1.    Pengkajian umum : Riwayat penyakit sekarang : adanya luka parah dan luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat.
2.    Pengkajian khusus:
a.      System pernafasan : dyspnea asfiksia dan sianosis akibat kontraksi oto pernafasan.
b.       System cardiovascular : disritmia, takicardi, hipertensi dan perdarahan, suhu tubuh awalnya 38 - 40°Catau febris sampai ke terminal 43 - 44°C.
c.       System neurologis: irritability (awal), kelemahan, konvulsi (akhir), kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak.
d.      System perkemihan : retensi urine (distensi kandung kemih dan urine output tidak ada/oliguria)
e.      System pencernaan : konstipasi akibat tidak ada pergerakan usus.
f.         Siatem integument dan muskuloskletal : nyeri kesemutan pada tempat luka, berkeringatan (hiperhidrasi), pada awalnya didahului trismus, spasme otot muka dengan peningkatan kontraksi alis mata, risus sardonicus, otot kaku dan kesulitan menelan.
Apabila hal ini berlanjut terus maka akan terjadi status konvulsi dan kejang

3.2  DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea dan spasme otot pernafasan.
2.       Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan.
3.       Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efek toksin ( bakterimia )
4.       Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah
5.      Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara
6.       Gangguan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah dan sering kejang
7.       Resiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang dan oliguria
8.       Resiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang
9.       Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan penanggulangannya berhubungan dengan kurangnya informasi
10.  Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan sering kejang

3.3  INTERVENSI DAN RASIONAL

1.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea dan spasme otot pernafasan, ditandai dengan : ronchi, sianosis, dyspnea, batuk tidak efektif disertai dengan sputum atau lender, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : AGD abnormal (asidosis respiratotik)
Tujuan: jalan nafas efektif
Kriteria:
ü  Klien tidak sesak, lender atau sleam tidak ada
ü   Pernafasan 16 – 18 kali/menit
ü  Tidak ada pernafasan cuping hidung
ü  Tidak ada tambahan otot pernafasan
ü   Hasil pemeriksaan laboratorium darah AGD dalam batas normal ( pH=7,35 – 7,45 ; PCO2= 35 – 45 mmHg, PO2 = 80 – 100 mmHg )




Intervensi
 Rasional
1)    Bebaskan jalan napas dengan  mengatur kepala ekstensi



1)   Secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga pernapasan sehingga proses respirasi tetap berjalan lancer dengan menyingkirkan pembuntuan jalan napas
2)    Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengar suara napas (adakah ronchi) tiap 2 - 4 jam sekali 
2)   Ronchi menunjukkan adanya gangguan pernapasan asan shingga perlu di keluarkan untuk mengoptimalkan jalan napas
3)    Bersihkan mulut dan saluran nafas dari secret dan lendir dengan melakukan section.
3)   Section merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan secret, sehingga proses respirasi lanjar
4)    Oksigen sesuia dengan intruksi dokter
4)   Pemberian oksigen secara adekut dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadi hipoksia
5)    Observasi tanda-tanda vital setiap 24 jam
5)   Dyspnea, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan karja jantung yang menurun timbul tacikardi dan capillary reffil tame yang memanjang/lama
6)    Observasi timbulnya gagal nafas/apnes
6)   Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mencanikal ventilation)
Kalaborasi
1)    Dalam pemberian obat pengencer secret (mukolatik).

1)    Obat mukolatik dapat mengencerkan secret yang kental sehingga mudah mengeluarkan dan mencegah kekentalan.

2.    Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, yang ditandai dengan kejang rangsangan, kontraksi otot-otot pernafasan, adanya lender dan secret yang menumpuk.
Tujuan : pola nafas teratur dan normal
Kriteria :
ü  Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuhan oksigen
ü  Tidak sesak, pernafasan normal 16 – 18 kali/menit
ü  Tidak sianosis

Intervensi
Rasional
Mandiri
1)    Monitor irama pernapasan dan respirasi rate

1)   Indikasi adanya penyimpanan atau kelainan dari pernafasan dapat dilihat dari frekuensi, jenis pernafasan, kemampuan dan irama nafas.
2)    Atur posisi untuk luruskan jalan nafas
2)   Jalan nafas yang longgar tidak ada sumbatan pada pross respirasi dapat berjalan dengan lanjar.
3)    Observasi tanda dan gejala sianosis
3)   Sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi klinik ketidakadekuatan suplai O2 pada jaringan tubuh perifer.
4)    Berikan oksigen sesuai dengan intruksi dokter
4)   Pemberian oksigen secara adekuat dapat mensuplai dan memberikan cedangan oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia.
5)    Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
5)   Dyspnea, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja kantung yang menurun timbul tacikardi dan capillary reffil time yang  memanjang/lama.
6)   Observasi timbulnya gagal nafas

6)   ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mechanical ventilato).
7)   Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
7)    kompensasi tubuh terhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan dapat mengakibatkan terjadinya asidosis respiratory.


3.    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek toksin (bakterimia), yang ditandai dengan : suhu tubuh meningkat menjadi 38 – 40 °C, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari 10.000/mm3
Tujuan : suhu tubuh normal
kriteria :
ü  Suhu kembali normal 36 – 37 °C
ü  Hasil laboratorium sel darah putih (leukosit) antara 5.000 – 10.000/mm3

Intervensi
Rasional
1)   Atur suhu lingkungan yang nyaman

1)   Iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi.
2)   Pantau suhu tubuh tiap 2 jam
2)   dentifikasi perkembangan gejala-gejala kearah syok exhaustion.
3)   Berikan hidrasi atau minum yang adekuat
3)   cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari demam.
4)   Lakukan tindakan teknik aseptic dan antiseptic pada perawatan luka
4)   perawatan luka mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar luka.
5)   Berikan kompres dingin bila tidak terjadi eksternal rangsangan kejang
5)    kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara proses konduksi.
6)    Laksanakan program pengobatan antibiotic dan antipiretik
6)    obat-obatan antibacterial dapat mempunyai spectrum untuk mengobati bakteri gram positif, atau bakteri gram negative, antipiretik bekerja sebagai proses termoregulasi untuk mengantisipasi panas.
7)   Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium leukosit
7)    Hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 100.000/mm3 mengidentifikasikan adanya infeksi dan atau untuk mengikuti perkembangan pengobatan yang diprogramkan.
.
4.    Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat badan menurun disertai hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5 mg%
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
ü  Berat badan optimal
ü  Intake adekuat
ü  Hasil pemeriksaan albumin 3,5 – 5 mg%


Intervensi
Rasional
1)    Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesuliatan dalam makan dan pentingnya makanan bagi tubuh
1)   Dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot pengunyah sehingga klien mengalami kesuliatan menelan dan kadang timbul reflex balik atau kesedak. Dengan tingkat pengetahuan yang adekuat diharapkan klien dapat berpartisipasi dan kooperatif dalam program diet.
2)    Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet TKTP cair, lunak, dan bubur kasar.
2)   Diet yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka mulut dan proses mengunyah.
3)    Kolaborasi untuk memberikan caiaran IV line
3)   pemberian cairan perinfus diberikan pada klien dengan ketidakmampuan mengunyah atau tidak bisa makan lewat mulut sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4)    Kolaborasikan untuk pemasangan NGT bila perlu
4)    NGT dapat berfungsi sebagai masuknya makanan juga untuk memberikan ob

3.4  EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito,1999:28)
1.      Bersihan jalan nafas, sehingga oksigen terpenuhi.
2.      Pola nafas teratur.
3.      Suhu tubuh normal.
4.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi.